Jumat, 27 September 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Gubernur Maluku Murad ismail menyatakan sebanyak
23 orang warga dari tiga kabupaten di Maluku meninggal dunia dan 100-an orang luka-luka karena tertimpa
reruntuhan bangunan. akibat terdampak
gempa tektonik berkekuatan magnitudo 6,8 yang mengguncang Pulau Ambon dan
Kabupaten Maluku Tengah serta Seram Bagian Barat (SBB) pada Kamis (26/9) pukul
08.46 WIT.
“Data yang saya terima dari Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy,
sebanyak 23 orang warga meninggal dan seratusan warga lain menderita
luka-luka,” kata Gubernur, di Ambon, Jumat (27/9).
Gubernur mengatakan fokus saat ini para korban yang menderita luka-luka segera
mendapatkan perawatan medis secara optimal di sejumlah rumah sakit di Kota
Ambon maupun kabupaten lain, agar dapat segera pulih dan sembuh.
“Saya memastikan semua korban luka mendapatkan perawatan maksimal oleh
para dokter dan perawat, sehingga segera pulih dan sembuh,” katanya.
Gubernur juga menyatakan seluruh biaya perawatan dibiayai sepenuhnya oleh
pemerintah provinsi Maluku, sehingga para korban dan keluarganya tidak perlu
merasa khawatir.
“Seluruh biayanya menjadi tanggung jawab pemprov. Jika ada dokter maupun
tenaga medis yang minta pembayaran segera laporkan dan saya akan mengambil
tindakan tegas,” katanya.
Gubernur Maluku, Murad Ismail melihat kondisi salah satu pasien yang
dirawat di tenda darurat RSUD dr. Haulussy, Kudamati Ambon, Kamis (26/9) malam.
Ia mengatakan banyak korban luka dikarenakan masyarakat panik dan takut saat
terjadi bencana, dan berhamburan keluar rumah tanpa memikirkan keselamatan,
sehingga banyak yang tertimpa reruntuhan rumah dan bangunan.
Karena itu, mantan Kakor Brimob Polri tersebut juga mengimbau warga untuk tidak
panik dan takut serta berupaya melindungi diri dan keluarga agar tidak menjadi
korban bencana alam tersebut.
“Bencana ini tidak bisa diprediksi. Guncangan juga masih dirasakan hingga
pagi ini. Terpenting masyarakat tidak panik dan takut agar bisa berpikir jernih
untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana,” katanya.
Sedangkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Farida
Salampessy membenarkan 23 orang meninggal paskagempa tektonik yang sebelumnya
disebutkan bermagnitudonya 6,8 tetapi kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi
6,5.
Para korban meninggal sebagian besar karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah
dan fasilitas umum lainnya, di mana terbanyak di kecamatan Salahutu, Pulau
Ambon, kabupaten Maluku Tengah serta enam orang di Kota Ambon dan tiga lainnya
di kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Farida juga memastikan lebih dari 100-an warga Desa Liang, kecamatan Salahutu,
Pulau Ambon, kabupaten Maluku tengah mengalami luka-luka berat, sedang maupun
ringan, sedangkan di kota Ambon enam orang dan Desa Waesama kabupaten SBB satu
orang luka telah mendapatkan perawatan medis. (sr)