Selasa, 15 Okrtober 2019
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Nilai ekspor Indonesia September 2019 mencapai US$ 14,10 miliar atau menurun 1,29 persen dibanding ekspor Agustus 2019. Demikian juga jika dibanding September 2018 menurun 5,74 persen.
Sementara nilai impor Indonesia September 2019 mencapai US$ 14,26 miliar atau naik 0,63 persen dibanding Agustus 2019, namun jika dibandingkan September 2018 turun 2,41 persen.
Dengan demikian neraca perdagangan September mengalami defisit US$ 160 juta.
Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/10), menunjukkan ekspor nonmigas September 2019 mencapai US$ 13,27 miliar, turun 1,03 persen dibanding Agustus 2019. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas September 2018, turun 2,70 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–September 2019 mencapai US$ 124,17 miliar atau menurun 8,00 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 114,75 miliar atau menurun 6,22 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas September 2019 terhadap Agustus 2019 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$ 272,4 juta (32,60 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 267,0 juta (193,08 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–September 2019 turun 3,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 17,41 persen. Sementara ekspor hasil pertanian naik 2,88 persen.
Ekspor nonmigas September 2019 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 2,41 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,48 miliar dan Jepang US$ 1,14 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 37,90 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$ 1,09 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–September 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 22,66 miliar (18,25 persen), diikuti Jawa Timur US$ 14,03 miliar (11,30 persen) dan Kalimantan Timur US$ 12,37 miliar (9,96 persen).
Sementara itu, impor nonmigas September 2019 mencapai US$ 12,67 miliar atau naik 1,02 persen dibanding Agustus 2019, demikian pula jika dibandingkan September 2018 naik 2,82 persen.
Impor migas September 2019 mencapai US$ 1,59 miliar atau turun 2,36 persen dibanding Agustus 2019 dan turun 30,50 persen dibandingkan September 2018.
Peningkatan impor nonmigas terbesar September 2019 dibanding Agustus 2019 adalah golongan serealia sebesar US$ 125,5 juta (67,58 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar US$ 66,0 juta (37,04 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2019 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai US$ 32,35 miliar (29,34 persen), Jepang US$ 11,82 miliar (10,72 persen), dan Thailand US$ 7,06 miliar (6,41 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$ 21.680,2 (19,66 persen), sementara dari Uni Eropa US$ 9.305,3 (8,44 persen).
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari–September 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 8,77 persen; 10,22 persen; dan 4,13 persen. (rdy)
Impor :