Rabu, 16 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Sektor pariwisata diproyeksikan akan menjadi “core economy”
dan penyumbang devisa terbesar di Indonesia untuk lima tahun ke depan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia
(Masata) di Aruba Room The Kasablanka, Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/10),
mengatakan, saat ini sektor pariwisata telah ditetapkan sebagai sektor unggulan
penyumbang ekonomi bangsa oleh pemerintah melampaui CPO (minyak sawit mentah).
“Saya optimistis tahun ini dan lima tahun ke depan, industri pariwisata menjadi
salah satu yang menyumbangkan devisa terbesar, mengalahkan sektor lain dengan
proyeksi nilai sebesar US$ 20 miliar,” katanya.
Ia mengatakan, Indonesia memiliki ribuan destinasi, baik yang sudah populer
namanya maupun yang masih belum digarap optimal. Apalagi pembangunan
infrastruktur terus digalakkan, maka bukan tidak mungkin dunia pariwisata akan
menjadi andalan baru bagi pemasukan negara.
Arief mengatakan, berdasarkan data World Travel & Tourism Council,
pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat tumbuh dengan menempati peringkat
ke-9 di dunia, nomor tiga di Asia, dan nomor satu di kawasan Asia Tenggara.
Capaian di sektor pariwisata itu juga diakui perusahaan media di Inggris, The
Telegraph yang mencatat Indonesia sebagai “The Top 20 Fastest Growing Travel
Destinations”.
Indeks daya saing pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga
menunjukkan perkembangan membanggakan, di mana peringkat Indonesia naik 8 poin
dari 50 pada 2015, ke peringkat 42 pada 2017.
“Persaingan sekarang ini bukan soal yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi
siapa yang tercepat. Kita bisa melampaui negara-negara pesaing kita di Asia
Tenggara,” ujarnya.
Pada 2017, kata Menpar, pertumbuhan sektor pariwisata melaju pesat sebesar 22%,
menempati peringkat kedua setelah Vietnam (29%).
Sementara Malaysia tumbuh 4%, Singapura 5,7%, dan Thailand 8,7%. Pada tahun
yang sama, rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4% dan 7% di
ASEAN.
“Vietnam lebih tinggi karena mereka melakukan deregulasi besar-besaran. Jadi,
Vietnam saat ini adalah ‘tourist and investor darling’,” katanya.
Tercatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia naik siginifikan
dari 2015-2017. Pada 2015 sebanyak 10,41 juta, tahun 2016 menjadi 12,01 juta,
dan tahun 2017 sebanyak 14,04 juta.
Sampai Agustus 2018, jumlah wisman mencapai 10,58 juta. Wisatawan Nusantara juga
terus naik. Sejak 2015 sebanyak 256 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi
264,33 juta, dan tahun 2017 meningkat menjadi 270,82 juta.
Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat dari US$ 12,2
miliar pada 2015, menjadi US$ 13,6 miliar pada 2016, dan naik lagi menjadi US$ 15
miliar pada 2017.
Pada 2018 ditargetkan meraup devisa US$ 17 miliar serta pada 2019 dibidik menyumbang devisa
nomor 1 mengalahkan sektor lain dengan proyeksi nilai sebesar US$ 20 miliar.
Acara Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri
Ilham Kurniansyah, Komisaris Utama NET Mediatama Televisi Wishnutama, Ketua
Umum Asita Nunung Rusmiati, Irfan Wahid tim Quick Win 5 Destinasi Super
Prioritas Pariwisata, Ketua Umum Masata Panca Sarungu, Dewan Pembina Masata
Michael Umbas, dan Ketum GIPI Didien Junaedi.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah menjelaskan, infrastruktur
pariwisata daerah memegang peran penting agar wisatawan yang datang merasa
nyaman dan tidak kecewa saat berkunjung.
“Jateng sendiri tengah mempersiapkan jalan tol Solo-Yogyakarta, sehingga tidak
macet lagi. Kita sedang siapkan dan tahun ini sudah berjalan,” katanya.
Ganjar mengatakan, kuliner yang menjadi bagian dari pariwisata merupakan daya
tarik setiap daerah. Tak jarang, setiap kali berkunjung ke daerah yang ada di
Indonesia ia kerap mengabadikannya melalui video blog miliknya.
“Ayo piknik. Bikinlah keluargamu, temanmu, bahagia. Sambil kulineran juga,
bagikan kesenanganmu lewat sosial media. ‘Statement’ Pak Menteri Pariwisata
Arief Yahya itu benar 100 persen, kalau kekuatan untuk menjual Indonesia keluar
secara ‘powerfull’ itu pariwisata” katanya.
Sementara itu, Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Pariwisata Irfan Wahid
menjelaskan, formula baru “storynomics tourism” bakal digunakan untuk
mengakselerasi percepatan pembangunan wisata di lima kawasan destinasi super
prioritas.
Irfan mencontohkan, kisah-kisah dari kawasan Danau Toba sejatinya begitu banyak
namun tak pernah digarap dengan benar-benar optimal.
”Kita memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan alam yang begitu banyak namun
masih sangat minim informasi maupun konten yang menceritakan tentang hal-hal
tersebut. Seperti contohnya yang kita alami selama berada di Toba,” katanya.
Ia menilai diperlukan pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten
kreatif, dan “living culture” serta menggunakan kekuatan budaya
sebagai DNA destinasi.(ki)