Jumat, 25 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Pola kerja perusahaan yang menerapkan Industri 4.0 harus
dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik dan pola yang dianut generasi
milenial yang kini jumlahnya sangat dominan bagi sumber daya manusia.
“Kita melihat bahwa kemajuan zaman tidak bisa dielakkan. Kalau kita
melawan maka kita akan tertinggal,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Bidang Industri Johnny Darmawan dalam diskusi yang digelar
Apindo tentang “Merumuskan Hubungan Ketenagakerjaan di Era Digital”
di Jakarta, Kamis (24/10).
Apalagi, ujar dia, Indonesia dapat disebut sebagai negara unik dengan jumlah
populasi yang besar, tetapi sekitar 60 persen tenaga kerjanya adalah lulusan SD
dan SMP.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa bila konsep Industri 4.0 mau diterapkan, maka
juga harus dipahami karakter generasi milenial yang saat ini menjadi SDM.
Menurut Johnny, generasi milenial rata-rata ingin melaksanakan pekerjaan yang
dia senangi, dan bila mendapatkan penghasilan biasanya akan dihabiskan segera.
Selain itu, Ketua Apindo Bidang Industri juga menyebutkan bahwa milenial
cenderung tidak mau diatur dengan waktu, atau dengan kata lain lebih
mengutamakan fleksibilitas jam kerja.
Sedangkan penerapan industri 4.0, masih menurut dia, sebenarnya pada akhirnya
bisa mengurangi tenaga kerja manusia menjadi mesin otomatis sehingga perlu
ditekankan adanya program job creation.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Services Dialogue Devi Ariyani
mengingatkan bahwa saat ini pola kerja yang sedang trendi atau naik daun adalah
pola kerja gig economy.
Dengan gig economy tersebut, menurut Devi Ariyani, maka semakin banyak
pekerjaan yang sifatnya independen atau freelancer atau pekerja lepas.
Selain itu, ujar dia, adanya perkembangan teknologi digital juga membuat
semakin banyak generasi termasuk kalangan milenial menjadi lebih berdaya. (ki)