Selasa, 29 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Semakin masifnya layanan transportasi dalam jaringan (daring)
dan digulirkannya layanan kereta cepat perkotaan (mass rapid transit/MRT) telah
membuat pertumbuhan kredit konsumsi Bank Central Asia (BCA) yang di antaranya
adalah kredit kendaraan bermotor (KKB) lemah..
Presiden Direktur PT BCA Jahja Setiaatmadja, Senin (28/10), mengatakan dengan
semakin berkembangnya layanan transportasi daring dan juga lMRT, membuat
masyarakat menggugurkan prioritas untuk membeli kendaraan bermotor, baik untuk
mobil ataupun motor.
Maka dari itu, permintaan kredit kendaraan ke BCA berkurang, terutama di
kota-kota besar. Pada kuartal III 2019, kinerja dari kredit kepemilikan
kendaraan bermotor BCA tercatat turun dua persen secara tahunan (yoy) menjadi
hanya Rp 47,8 triliun.
Padahal di semua sektor kredit, BCA selalu mencatatkan pertumbuhan. Total
kredit BCA hingga akhir kuartal III 2019 saja mencapai Rp 585 triliun atau
tumbuh 10,9% (yoy), jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan yang
sebesar 8,6% (yoy) di periode sama. Lesunya kredit kendaraan ini juga yang
membuat kredit konsumsi BCA hanya tumbuh 4,1% (yoy) menjadi Rp 156,3 triliun.
“Di kota besar adanya transportasi online, MRT, maka orang mudah pergi ke
kantor jadi tidak harus bangun terlalu pagi, berkeringat mengemudi. Mereka
menggunakan MRT, sehingga kebutuhan akan mobil lebih dari satu berkurang.
Bahkan yang belum punya mobil buat apa juga, sehingga permintaan untuk memiliki
mobil berkurang,” ujar Jahja.
Di subsektor lainnnya dalam kredit konsumsi adalah Kredit Pemilikan Rumah
(KPR). Jahja menjelaskan KPR juga tumbuh satu digit sebesar 6,8%. Menurut
Jahja, permintaan kredit properti belum menunjukkan peningkatan signifikan
sejalan dengan pergerakkan pertumbuhan ekonomi domestik yang belum sesuai
harapan.
“Properti itu bisnis yang akan bagus kalau secara makro ekonomi bagus, dan
kemudian sektor properti meningkat,” ujar dia.
Di 2020, BCA tidak ingin terlalu ambisius memasang pertumbuhan kredit. Emiten
bersandi BBCA itu memasang target pertumbuhan kredit yang cukup moderat yakni
di 8%-9% (yoy) pada 2020, padahal regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit pada 2020 bisa
mencapai 11-13% (yoy). (sr)