Kamis, 31 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan
implementasi kebijakan biodisel bisa mengatasi masalah defisit neraca
perdagangan yang dihadapi Indonesia saat ini.
“Dengan implementasi biodisel ini maka masalah defisit neraca perdagangan
bisa diselesaikan tetapi tentu ada prasyaratnya yaitu salah satunya membuat
green refinerinya,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai ratas
dengan agenda penyampaian program dan kegiatan bidang perekonomian di Istana
Kepresidenan Jakarta, Rabu (30/10).
Airlangga menyebutkan upaya mengatasi defisit neraca perdagangan merupakan satu
dari beberapa hal yang dibahas dalam rapat kebinet itu.
Terkait defisit neraca perdagangan, salah satu yang akan didorong sebagai
“quick deal”, menurut Airlangga adalah pelaksanaan kebijakan
biodisel.
“Jadi kalau tahun depan ada B30, kami akan buat selanjutnya yaitu Program
B40, B50, B70 sampai B100,” katanya.
Ia menyebutkan implementasi B20 akan bisa menghemat dana US$ 5 miliar,
implementasi B70 menghemat US$ 12 miliar, dan B100 bisa menghemat US$ 18 miliar.
Terkait green refineri, lanjut Airlangga, Presiden Jokowi memberi arahan
perlunya merevitalisasi PT Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban,
Jatim.
“TPPI di Tuban itu bisa untuk substitusi BBM Ron 88 namun kami modifikasi
menjadi Ron 92 berbasis disel,” katanya.
Ia mengaku memang perlu diputuskan apakah TPPI tetap berdiri sebagai BUMN atau
bagian dari Pertamina.”Ini kami akan panggil Menteri BUMN untuk dikaji
maksimal,” katanya.
Menurut dia di kompleks TPPI sudah terdapat lahan dan pelabuhan yang bisa
dikembangkan menjadi pabrik green disel.
“Artinya produksi dan investasi lebih murah dan infrastrukturnya sudah
tersedia. Nah di situ ada 10 pengusaha yang siap melakukan investasi,”
katanya. (ki)