Akhirnya, CEO Boeing Mengaku Bersalah dan Bertanggung Jawab atas Kecelakaan Pesawat 737 MAX 8

Oleh ulfi

Jumat, 1 November 2019

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM  – Sidang dengar pendapat di parlemen Amerika Serikat (AS) memanas. Di sidang tersebut, Chief Executive Officer (CEO) Boeing, Dennis Muilenburg, dicecar bertubi-tubi pertanyaan terkait investigasi kecelakaan pesawat 737 MAX 8 yang terjadi di Indonesia dan Ethiopia.

Sebelum sidang, secara tertulis Muilenburg mengakui pihaknya melakukan kesalahan dan bertanggung jawab atas kecelakaan yang menewaskan 346 orang tersebut.

Adapun, dalam sidang, para senator AS mengatakan Boeing `berbohong` karena tidak membeberkan seluruh informasi terkait sistem komputerisasi pesawat yang `cacat`.

Hal tersebut berkaitan dengan temuan baru berupa bukti percakapan pesan singkat dua pilot penguji Boeing pada November 2016 silam.

Dalam bukti percakapan tersebut, pilot penguji menemukan `kegagalan` pada sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang tertanam di dalam pesawat.

“Saya menyejajarkan pesawat di ketinggian 4.000 kaki (1,2 kilometer), kecepatan 230 knot dan pesawat turun sendiri secara otomatis. Itu gila. Saya terkejut,” kata Forkner, salah satu pilot penguji dalam percakapan itu, seperti dikutip viva.co.id, hari ini.

Selain itu, bukti terbaru yang ditemukan pemerintah juga menunjukkan bahwa Boeing berniat menambahkan sistem peringatan MCAS pada panel kendali pesawat 737 MAX, juga catatan tambahan yang menekankan bahwa jika pilot gagal merespon peringatan MCAS selama 10 detik, itu bisa jadi `bencana`.

Muilenburg mengakui bahwa mereka `melakukan kesalahan` saat mengembangkan MCAS. Namun dia juga berulang kali mengklaim baru mengetahui percakapan itu, awal tahun ini.

“Dari bukti percakapan pesan singkat itu, kapan Anda mengetahui adanya percakapan tersebut?” tanya Roger Wicker, senator AS dari Mississippi.

“Senator, seingat saya, saya baru mengetahui tentang percakapan itu pada awal tahun ini. Sebelum kecelakaan kedua (Air Ethiopia ET-302),” jawab Muilenberg.

Pernyataan Muilenberg itu kemudian dicecar oleh senator asal Texas. “Sebanyak 346 orang meninggal. Bagaimana mungkin Anda tidak membunyikan alarm peringatan pada bulan Februari dan memerintahkan untuk mencari tahu apa yang terjadi?” ujarnya.

Ruang sidang dipenuhi keluarga yang membawa foto korban kecelakaan Air Ethiopia ET-302. Keluarga mengaku kecewa karena Boeing tidak cepat tanggap menangani kasus kecelakaan Lion Air. – Huw Evans picture agency

Adapun, senator dari Illinois Tammy Duckworth mengatakan Boeing tidak memberi informasi secara jujur kepada sidang dan keluarga yang menunggu hasil investigasi.

“Para pilot telah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, tapi upaya mereka dibatalkan secara otomatis oleh pesawat saat sensor itu bekerja dan membuat hidung pesawat kembali turun. Mereka sama sekali tidak punya kesempatan,” ujarnya.

Merespons pernyataan para senator itu, Muilenberg secara resmi meminta maaf pada keluarga dan menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut.

“Kami tidak menyalahkan pilot. Kami tidak pernah melakukan itu. Itu bukanlah sikap yang diambil perusahaan. Kami mengakui (adanya kesalahan) dan kami bertanggung jawab,” kata Muilenberg.

Dia juga berkata, pihaknya telah melakukan perbaikan pada perangkat lunak pesawat sekaligus menguji pesawat tersebut berulang kali, untuk memastikan hal yang sama tidak terulang kembali.

Boeing menyatakan telah melakukan berbagai perbaikan, termasuk di perangkat lunak mereka untuk menjamin keselamatan pesawat 737 MAX – Getty Images

Perbaikan dilakukan untuk memastikan keamanan pada Boeing 737 MAX, termasuk menambah sensor MCAS menjadi dua, sehingga data mengenai Angle of Attack (AOA), yakni sudut yang menentukan daya angkat pesawat, berasal dari dua sensor dan MCAS hanya akan aktif jika kedua sensor menunjukkan hal yang sama.

Sejalan dengan hasil investigasi KNKT

Pengakuan CEO Boeing tersebut sejalan dengan hasil investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang menyebut terdapat sembilan faktor penyebab kecelakaan Lion Air JT-610 pada 2018 lalu.

Beberapa faktor itu adalah sensor tunggal pada sistem MCAS dan kurangnya panduan serta pelatihan bagi pilot mengenai sistem tersebut, sehingga mereka gagal melakukan tindakan penyelamatan.

Dalam konferensi pers mengenai hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT-610, 25 Oktober lalu, KNKT menyebut desain MCAS yang mengandalkan satu sensor rentan terhadap kesalahan.

MCAS memiliki fitur otomatis yang bertujuan melindungi pesawat dari manuver yang berbahaya, seperti mengangkat hidung pesawat terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan stall .

“Pilot mengalami kesulitan melakukan respon yang tepat terhadap pergerakan MCAS yang tidak seharusnya, karena tidak ada petunjuk dalam buku panduan dan pelatihan,” papar Nurcahyo Utomo, Kasubkom penerbangan KNKT.

Menurut KNKT, indikator AOA DISAGREE tidak tersedia di pesawat Boeing 737-8 (MAX) PK-LQP yang “berakibat informasi ini tidak muncul pada saat penerbangan dengan penunjukan sudut AOA yang berbeda antara kiri dan kanan.”

“Sehingga,” lanjut KNKT, “perbedaan ini tidak dapat dicatatkan oleh pilot dan teknisi tidak dapat mengindentifikasi kerusakan AOA sensor.”

Terungkap pula bahwa AOA sensor pengganti mengalami kesalahan kalibrasi yang “tidak terdeteksi pada saat perbaikan sebelumnya.” (aul)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment