Jumat, 22 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto paparkan
strategi dan langkah prioritas yang akan diambil oleh pemerintah untuk
menghadapi tantangan ekonomi pada 2020 baik dari sisi internal maupun
eksternal.
“Saya ingin menyampaikan tantangan yang kami hadapi dan kebijakan yang kami
terapkan untuk mengatasi berbagai tantangan itu,” katanya dalam acara The 7th
US-Indonesia Investment Summit 2019, di Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (21/11).
Pertama yaitu pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
transformasi struktural untuk memperkuat permintaan domestik dan kinerja
perdagangan internasional.
Kedua adalah menjaga stabilitas ekonomi makro dengan menjaga harga domestik dan
nilai tukar pada tingkat yang stabil dan kompetitif.
Ketiga yakni meningkatkan inklusivitas dan ekonomi yang berkelanjutan untuk
dapat keluar dari garis kemiskinan serta mendorong pembangunan kualitas sumber
daya manusia.
“Peningkatan daya saing juga menjadi satu hal yang menjadi fokus perhatian,”
ujarnya.
Menko Perekonomian meyakini dengan menerapkan strategi-strategi tersebut
ekonomi Indonesia diharapkan dapat tumbuh antara 5,3% hingga 5,6% pada 2020 mendatang.
Target pertumbuhan itu dapat dicapai melalui dukungan investasi yang juga
diperkirakan akan meningkat sebesar 7% sampai 7,4% dan ekspor yang turut naik
di angka 5,5% hingga 7%.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didukung oleh sektor
industri yang akan meningkat antara 5% sampai 5,5%.
Sementara tingkat pengangguran pun diperkirakan akan mengalami penurunan
menjadi 4,8% sampai 5% yang disertai penurunan tingkat kemiskinan di kisaran
8,5% hingga 9%.
Kemudian mengenai investasi, pemerintah akan mengoptimalkan sistem Online
Single Submission (OSS), meningkatkan efektivitas Satuan Tugas Percepatan
Investasi, Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI), dan pengesahan sektor
prioritas investasi.
Selain itu, implementasi tax holiday dan super deduction tax serta pengembangan
Proyek Strategis Nasional (PSN), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan
Industri juga menjadi kebijakan andalan.
“Pemerintah juga tengah menyiapkan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja yang
bertujuan untuk semakin menyederhanakan proses perizinan,” kata Airlangga.
Dari sisi makro, ekonomi Indonesia sebenarnya masih tumbuh berkualitas di
tengah ketidakpastian ekonomi global yang diiringi dengan penurunan tingkat
pengangguran, tingkat kemiskinan, dan rasio gini.
“Dibandingkan dengan rekan-rekan kita di ASEAN, Indonesia diproyeksikan
memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada 2019 ini,” ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Bank Indonesia neraca modal dan
finansial tercatat surplus US$ 7,6 miliar pada kuartal III 2019 yang didukung
oleh aliran masuk investasi langsung dan investasi portofolio.
Oleh sebab itu, neraca pembayaran Indonesia mencatat defisit yang terkendali
sebesar US$ 46 juta pada kuartal III yakni jauh di bawah defisit pada kuartal
II 2019 yang mencapai US$ 2 miliar .
“Kinerja neraca pembayaran juga didukung oleh defisi transaksi berjalan yang
dikelola pada 2,7% Produk Domestik Bruto (PDB),” ujarnya.
Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun menunjukkan kinerja
investasi terjaga yaitu angka realisasi investasi untuk Domestic Direct
Investment (DDI) dan Foreign Direct Investment (FDI) untuk kuartal III 2019
mencapai jumlah Rp 205,7 triliun atau meningkat 18,5% dibandingkan periode yang
sama 2018.
“Artinya secara fundamental kondisi perekonomian kita cukup kuat dan stabil,
tapi juga senantiasa berhati-hati terutama dalam menyikapi gejolak ekonomi
global belakangan ini,” katanya. (ki)