Jumat, 22 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
mengharapkan tren penurunan suku bunga kebijakan BI 7 Days Repo Rate (RR) bisa
memberikan dampak kepada peningkatan pembiayaan kepada dunia usaha sebagai stimulus.
Airlangga juga menginginkan suku bunga acuan tersebut juga dapat mendukung
berbagai kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah untuk mendorong tingkat
kesejahteraan masyarakat.
“Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, tidak hanya memerlukan dukungan dari sisi fiskal, namun juga sisi
moneter dalam hal ini pihak Bank Indonesia,” kata Airlangga, Kamis (21/11).
Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan
7-Day Reverse Repo Rate sebesar lima persen dalam Rapat Dewan Gubernur periode
November 2019, setelah penurunan empat kali beruntun sejak Juli-Oktober 2019
sebesar 100 basis poin.
Airlangga memandang peluang BI untuk menurunkan suku bunga kebijakan ke depan
cukup besar karena beberapa pertimbangan yaitu tren laju inflasi yang masih
rendah dibawah target 3,5% plus minus satu persen yaitu 3,13% hingga Oktober 2019.
Kemudian, stabilitas rupiah terhadap dolar AS yang masih terjaga pada kisaran
Rp 14.000 serta suku bunga acuan BI yang masih cukup tinggi dibandingkan negara
tetangga lainnya seperti Filipina empat persen, Malaysia tiga persen dan
Thailand 1,5%.
Demikian juga, tambah dia, suku bunga rill (dengan mengurangi angka inflasi
dari suku bunga kebijakan) di Indonesia masih menarik dibandingkan Thailand dan
Chinese Taipei, dan sama menariknya dengan Malaysia.
Meski demikian, ia mendukung keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan
karena saat ini masih terdapat risiko global yang dipicu oleh ketidakpastian
perang dagang AS dengan China dan Brexit yang berlarut-larut.
“Keputusan mempertahankan BI 7 Days RR yang diambil BI, saya rasa itu
merupakan keputusan optimal. Meski tekanan inflasi di dalam negeri berada pada
tren yang menurun dan nila tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level
yang relatif stabil, BI kemungkinan masih memandang resiko eksternal masih
cukup tinggi,” ujarnya.
Airlangga juga mengapresiasi langkah penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah
oleh bank sentral untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha
Syariah sebesar 50 basis poin menjadi masing-masing 5,5% dan 4,0% dalam upaya menjaga kecukupan likuiditas di
pasar keuangan. (ki)