Kamis, 28 November 2019
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang memimpin delegasi misi dagang Indonesia menyampaikan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memperkuat kemitraan dan kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Korea Selatan (IK-CEPA), juga akan membawa langkah positif bagi kemitraan kedua negara, serta meningkatkan ekspor Indonesia ke Korea Selatan dan investasi Korea Selatan ke Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Mendag Agus saat membuka Forum Bisnis Indonesia-Korea Selatan dan penjajakan kesepakatan dagang (bussiness matching) di Busan, Korea Selatan, Rabu (27/11). Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kunjungan kerja Mendag Agus ke Korea Selatan yang berlangsung pada 25–27 November 2019.
Sebanyak 92 peserta dari asosiasi dan pelaku usaha hadir dalam acara itu. Turut hadir dalam Forum Bisnis, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea Umar Hadi dan Ketua Umum Asosiasi Korea Indonesia Adhi Wargono.
“Kolaborasi Korea Selatan dengan Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu ekonomi G20 paling dinamis, bisa membuat kedua negara memperoleh manfaat yang lebih besar dari pasar regional dan global. Inilah saat yang tepat bagi kedua negara untuk memperkuat kemitraan dan kolaborasi,” ungkap Mendag Agus.
Sementara itu, dalam sambutannya, Dubes RI Umar Hadi mengajak pengusaha Korea Selatan menjalin mitra dagang di Indonesia dan memanfaatkan KBRI Seoul, Atase Perdagangan Seoul, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Busan untuk meningkatkan perdag dan investasi kedua negara. Sedangkan Duta Besar Kim Chang-beom menginfokan Indonesia adalah mitra dagang strategis bagi Korea Selatan dan mengajak pengusaha Korea untuk melihat Indonesia sebagai mitra potensial. Dubes Kim juga menjelaskan, perusahaan Hyundai bahkan akan berinvestasi di Kerawang Indonesia untuk membangun pabrik dan memproduksi mobil 200 unit per tahun.
Selanjutnya, Mendag Agus menyampaikan, Forum Bisnis ini menjadi salah satu tonggak penting bagi kedua negara. Terutama setelah perayaan kemitraan ASEAN-Korea yang ketigapuluh tahun yang menjadi bukti bahwa hubungan kedua pihak telah terjalin dengan sangat baik selama ini. Penyelenggaraan forum ini, lanjut Mendag Agus, akan menjadi peluang besar bagi bisnis dari kedua negara untuk bersinergi dan berkolaborasi.
“Forum ini diselenggarakan dengan tujuan membangun hubungan bisnis yang lebih kuat antara Indonesia dan Korea Selatan,” imbuhnya.
Mendag Agus juga memaparkan upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan melakukan reformasi dan membuka perekonomian. Hasilnya, peringkat kemudahan melakukan bisnis di Indonesia semakin membaik serta nilai investasi dan kepercayaan pasar semakin meningkat. Pemerintah Indonesia berkomitmen terus mengembangkan Indonesia menjadi ekonomi modern melalui pembangunan infrastruktur.
“Untuk mengembangkan dan memodernisasi infrastruktur, Indonesia menyambut hangat para pebisnis Korea Selatan yang ingin terlibat dalam proyek Indonesia di masa depan,” jelas Mendag Agus.
Mendag juga memaparkan, pada tahun 2025, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo diproyeksikan dapat meningkatkan pendapatan per kapita menjadi lebih dari USD 15.000.
Selain itu, pada 2030, akan tersedia 113 juta pekerja terampil, serta peluang pasar sebesar USD 1,8 triliun yang mencakup layanan konsumen, pertanian, perikanan, sumber daya, dan pendidikan. Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030, dan terbesar ke-4 pada 2050.
Pada Forum Bisnis tersebut, juga digelar diskusi panel dengan tema “Strengthening Trade, Investment and Economic Partnership”. Hadir sebagai pembicara Vice Chairman of Korea Importir Association (KOIMA) Park Yeon Soo, Republic of Korean Importer of Indonesia Product Lee Zeno, Direktur Promosi Sektoral Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Imam Soejoedi, Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kanya Lakshmi Sidarta, dan Kepala Departemen Komunikasi Divisi Executive Office Indonesia Eximbank Nur Hira Windria. Bertindak sebagai moderator Prof. Lee Kyungchan dari Youngsan University.
Delegasi misi dagang Indonesia sendiri terdiri dari 8 pelaku usaha dan 3 asosiasi/instansi. Kedelapan pelaku usaha tersebut berasal dari berbagai sektor, di antaranya keramik, benang, kayu lapis, veneer, konjak powder, produk ikan, rumput laut, garmen, produk berbahan baku daun kelor, bubuk kakao, kopi, minyak kelapa kawit, jasa keuangan, dan badan investasi.
Sedangkan ketiga asosiasi/instansi, yaitu Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)-Indonesia Eximbank (IEB).
Forum Bisnis Indonesia-Korea Selatan terselenggara atas kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Atase Perdagangan Seoul, ITPC Busan, Asosiasi Korea Indonesia, Asosiasi Perdagangan Internasional Korea; dan semua pemangku kepentingan lainnya. Ajak Pengusaha
Dalam Forum Bisnis tersebut, Mendag Agus juga mengajak para pengusaha Indonesia dan Korea Selatan agar dapat memanfaatkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA) semaksimal mungkin dan meningkatkan hubungan bisnis dan investasi mereka.
“Dengan penandatanganan IK-CEPA, nilai perdagangan kedua negara di masa depan akan meningkat secara signifikan karena akses yang lebih baik. Untuk itu, saya meminta semua sektor swasta dari kedua negara agar mengambil keuntungan dari peluang ini. Ini saatnya mempersiapkan masa depan IK-CEPA ,” ujar Mendag Agus optimistis.
Mendag Agus juga mengajak pebisnis Korea Selatan berpartisipasi di Trade Expo Indonesia (TEI). Menurutnya, Korea Selatan adalah pembeli tetap. Pada TEI ke-34 yang diadakan Oktober lalu di Jakarta, tercatat sebanyak 85 delegasi bisnis Korea Selatan mengunjungi acara tersebut. Transaksinya mencapai USD 34,9 juta. Adapun produk-produk yang diminati seperti makanan olahan, produk Agro, produk kulit, kopi, alas kaki, perhiasan, mebel, minyak esensial, dan kerajinan tangan. Transaksi Potensial USD 20,38 Juta Usai Forum Bisnis, para pelaku usaha Indonesia dan Korea Selatan melakukan penjajakan kesepakatan dagang (business matching).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward menyampaikan, dari business matching diperoleh transaksi potensial sebesar USD 20,38 juta. “Produk-produk yang diminati, yaitu kopi, coklat, teh, rumput laut, bubuk kakao, biji kopi, umbi porang, kayu lapis, kerajinan tangan, furnitur, woodpellet, teh sosro, larutan cap kaki tiga, bumbu, kacang-kacangan, minyak kelapa sawit, serta ikan layang dan ikan teri. Diharapkan ke depan akan semakin banyak produk-produk Indonesia yang bisa diminati di Korea Selatan,” jelas Dody.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai perdagangan kedua negara di tahun 2018 mencapai USD 18,62 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar USD 9,54 miliar dan impor Indonesia dari Korea Selatan sebesar USD 9,08 miliar.
Dengan demikian, Indonesia surplus perdagangan terhadap Korea Selatan sebesar USD 460 juta. Adapun lima produk ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan yaitu batu bara, bijih tembaga, karet alam, kayu lapis dan timah tidak tempa.
Sementara lima produk impor utama Indonesia dari Korea yaitu karet sintetis, baja besi gulung datar, sirkuit terpadu elektronik, kain tenunan dari benang filamen sintetis, dan kapal. Korea Selatan merupakan investor ketiga terbesar di Indonesia. Investasinya antara lain di sektor industri baja dan besi, petrokimia, serta aluminium. Korea Selatan juga masuk dalam 5 ekonomi teratas di kawasan, dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar USD 31,350 per kapita per tahun pada tahun 2018, serta memiliki kondisi ekonomi dan politik yang stabil. (udy)