Kamis, 28 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM- PT Pertamina siap menghadapi transformasi energi dengan menyiapkan
tiga skenario, yaitu menjalankan bisnis
seperti biasa, menangkap keinginan pasar, dan menjalankan bisnis yang paling
ramah lingkungan.
“Inilah yang Pertamina akan lakukan untuk tetap bertumbuh untuk rakyat dan juga
sebagai perusahaan. Kami harus menyeimbangkan antara menjaga mandat dan
menjalankan misi sebagai perusahaan bisnis,” kata Direktur Perencanaan,
Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Heru Setiawan di Jakarta, Rabu (27/11)
saat penutupan Pertamina Energy Forum
(PEF) 2019.
Heru mengatakan, siap atau tidak siap Pertamina akan melakukan transformasi
energi. Untuk itu, Pertamina telah menyiapkan rencana jangka panjang yang
disesuaikan dengan kondisi dan perilaku konsumen.
Menurut Heru, Pertamina membuat strategi bisnis jangka panjang Pertamina akan
menyesuaikan pada enam tren perubahan di sektor energi dunia.
Keenam tren tersebut adalah dekarbonisasi, konsumerisasi, elektrifikasi,
desentralisasi, digitalisasi dan integrasi.
“Ini semua yang kami pertimbangkan untuk membuat rencana bisnis. Kami juga
melihat ada disrupsi. Terkait ini kami membagi empat, ekonomi makro, regulasi,
pelanggan dan kompetisi serta teknologi. Berdasarkan ini kami lihat ada disrupsi
yang kami pertimbangkan,” ungkap Heru.
Untuk menghadapi transisi energi, Pertamina telah melakukan berbagai upaya,
mulai dari melakukan penelitian untuk membangun pabrik baterai kendaraan
listrik hingga konversi kilang minyak agar bisa mengolah minyak sawit mentah
menjadi bahan bakar.
Seperti yang dilakukan di Kilang Plaju dimana Pertamina telah mulai mengolah
produk turunan CPO menjadi bensin. Selain itu, Pertamina juga memproses produk
turunan CPO menjadi solar yang dilakukan di Kilang Dumai serta melakukan riset
bersama ENI untuk pengembangan green refinery.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Massimo Trani, Vice President Licensing
Contract Management ENI yang mengatakan tujuan ENI mengubah kilang konvensional
menjadi kilang ramah lingkungan adalah untuk menyelamatkan iklim dan
menumbuhkan perekonomian dan mengurangi gas rumah kaca.
ENI fokus pada untuk mengurangi emisi di sisi hilir dengan lima pilar. Salah
satunya adalah bahan bakar terbarukan, yakni konversi kilang menjadi biofuel.
Pada saat bersamaan ENI melakukan penelitian untuk sumber-sumber energi yang
berkelanjutan serta mengembangkan penggunaan gas alam.
“Kami percaya, gas tidak terbarukan namun sangat melimpah. Dan bisa digunakan
untuk kapal, truk besar dan kendaraan lain berupa LNG. LNG memiliki karbon
rendah,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Sundeep Biswas, selaku Partner and Head of AT
Kearney’s Energy Practice in Sea, mengatakan transisi energi akan memunculkan
potensi bisnis baru. Di perusahaan migas, listrik, mereka menemukan celah baru
untuk menghasilkan pendapatan.
“Misalnya, kendaraan listrik butuh baterai. Jadi Energi baru menciptakan bisnis
baru,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Kemaritiman dan
Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengatakan
transisi energi sangat mendesak. Energi adalah sektor yang berkontribusi emisi
karbon, untuk itu pemerintah fokus menurunkan emisi energi.
“Langkah pertama mengembangkan energi rendah karbon. Kami inginkan plastik
potensi pembangunan bisa direalisasi dan emisi karbon bisa diperkecil,”
katanya. (ki)