Selasa, 3 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian Indonesia pada
2020 akan mencapai antara 5,1% sampai
5,5% meskipun ketidakpastian global
semakin meningkat.
“Bank Indonesia mengejar stabilitas untuk mendorong pertumbuhan yang kami
perkirakan akan mencapai 5,1% sampai 5,5% (yoy) pada 2020,” kata Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Gedung BI, Jakarta,
Senin (2/12).
Destry menuturkan Bank Indonesia optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2
persen sampai 5,6 persen pada tahun berikutnya yaitu 2021.
“Kami juga ingin menyampaikan optimisme pada 2021 seperti yang kita harapkan
akan ada reformasi struktural dalam perekonomian kita,” ujarnya.
Ia menilai program pemerintah pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 yaitu infrastruktur yang lebih terintegrasi antara pusat
ekonomi regional termasuk zona industri dan kawasan pariwisata merupakan kunci
pertumbuhan.
“Pembangunan infrastruktur adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan di
negara berkembang seperti Indonesia,” katanya.
Ia menyebutkan bahwa lebih dari 17 ribu pulau di Indonesia merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang besar apabila terdapat infrastruktur yang memadai dan
berkesinambungan.
Oleh sebab itu, pemerintah dapat melakukan beberapa hal untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur seperti peningkatan peran investor swasta dan innovative
financing, peningkatan kualitas persiapan proyek infrastruktur (feasibility
study), serta kolaborasi dan sinergi kebijakan pemerintah pusat hingga
daerah.
Sementara untuk Bank Indonesia, Destry mengatakan pihaknya berkontribusi
melalui kebijakan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang akomodatif,
mendorong penerbitan surat berharga komersial dan pemanfaatan instrumen lindung
nilai (hedging), serta memberikan pendampingan pada pemerintah daerah.
Ia pun mengimbau kepada pihak swasta untuk turut berkontribusi dalam
pembangunan infrastruktur sebab sumber pembiayaan telah mencapai jumlah besar
yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh sektor publik saja.
“Sumber keuangan tradisional dari sektor perbankan menjadi terbatas karena
kendala kehati-hatian, jadi sudah saatnya bagi swasta untuk meningkatkan
partisipasi mereka dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur,” katanya. (sr)