Jumat, 6 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan Indonesia
akan keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income
trap pada 2036, karena– salah satunya– didorong kekuatan sumber daya
manusia (SDM).
“Transformasi ekonomi sudah dilakukan untuk membangun fondasi kuat untuk
kemajuan ekonomi Indonesia,” kata Direktur Pusat Kebijakan Makro Ekonomi
Kemenkeu Hidayat Amir di sela-sela Forum Internasional Pembangunan Ekonomi dan
Kebijakan Publik (AIFED) ke-9 di Nusa Dua, Bali, Jumat (6/12).
Menurut dia, tahun 2036 diperkirakan pendapatan masyarakat mencapai sekitar US$
12.233 per kapita dan terus melonjak
hingga US$ 23.199 per kapita tahun 2045.
Sebelum itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pendapatan di atas pendapatan
menengah terlebih dahulu yang diproyeksikan tahun 2020.
Untuk mencapai itu, pemerintah merancang rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) 2020-2024.
Salah satu fokus dalam RPJMN itu adalah pembangunan SDM, selain melanjutkan
pembangunan infrastruktur, hingga penyederhanaan birokrasi dan regulasi.
Pemerintah mengalokasikan belanja negara dalam APBN Tahun Anggaran 2020
ditetapkan sebesar Rp 2.540,4 triliun.
Belanja tersebut beberapa di antaranya untuk SDM yakni untuk pendidikan sebesar
Rp 505,8 triliun atau 20% dari total belanja negara dan kesehatan sebesar Rp
132,2 triliun atau lima persen dari total belanja negara.
Untuk kebijakan fiskal, Kementerian Keuangan juga menyiapkan insentif pajak di
antaranya untuk riset dan pengembangan kepada SDM atau tenaga kerja oleh dunia
usaha (RnD) hingga 300 persen.
Pemerintah juga menawarkan insentif pajak untuk pendidikan dan pelatihan vokasi
serta pnelitian dan pengembangan sebesar 200% dari biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk vokasi.
Insentif lainnya yakni bagi Wajib Pajak (WP) badan dalam negeri yang melakukan
penanaman modal baru atau melakukan perluasan usaha berhak mendapatkan
pengurangan penghasilan neto sebesar 60%.
Hidayat mengutip data Bappenas yang menyebutkan bahwa Indonesia juga memiliki
potensi yang besar tahun 2045 yakni jumlah populasi yang diperkirakan mencapai
319 juta jiwa.
Dari jumlah itu, sebanyak 47% di antaranya diperkirakan berusia produktif dan
70% di antaranya berpenghasilan
menengah.
Hidayat juga menambahkan ekonomi Indonesia saat ini masih lebih baik
dibandingkan negara lain misalnya negara-negara BRICS atau Brazil, Rusia,
India, China dan Afrika Selatan.
Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil
dibandingkan negara BRICS, padahal lima tahun lalu RI disebut masuk kategori
lima negara rentan oleh salah satu lembaga internasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif berada di kisaran 5% itu juga
mendapat pengakuan lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch Ratings yang
memberikan peringkat BBB, Moody’s (Baa2), dan Standard and Poor’s dengan
peringkat BBB.
Sedangkan peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) di
Indonesia oleh Bank Dunia berada di peringkat 73, di atas India (77), Afrika
Selatan (82) dan Brazil (109). (sr)