Senin, 9 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada
tahun ini akan menurun menjadi 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding
pada 2018 yang sebesar 2,93% PDB.
“Kami melihat akan lebih baik di 2019 dengan ‘current account deficit/CAD’
(defisit transaksi berjalan) di 2,7% PDB,” kata Direktur Eksekutif
Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Endy Dwi Tjahjono di Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12).
Penurunan defisit transaksi berjalan ini tidak lepas dari catatan surplus
Neraca Perdagangan di bulan pertama pada kuartal IV 2019 atau Oktober 2019 yang
sebesar US$ 161,3 juta.
Namun, di November 2019, BI memperkirakan akan timbul pengungkit untuk impor
khususnya barang konsumsi karena persiapan masyarakat menjelang Liburan Natal
dan Tahun Baru.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi, BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan
tumbuh sebesar 5,1% (year on year/yoy) di 2019.
Angka pertumbuhan akan membaik di kuartal IV 2019, kata Endy, karena stimulus
dari realisasi belanja pemerintah di akhir tahun dan perbaikan kinerja ekspor.
Selain itu tren konsumsi tinggi masyarakat pada liburan Natal dan Tahun Baru
juga akan turut menggenjot pertumbuhan.
“Kontribusi fiskal itu biasanya pada akhir tahun, anggaran keluar semua.
Jadi akan terjadi lonjakan di pengeluaran pemerintah. Dan liburan Natal dan
Tahun Baru akan dongkrak ekonomi,” ujar dia.
Pertumbuhan ekonomi 5,1% di 2019, stabil
dengan 2018 yang sebesar 5,17%. Di kuartal III 2019, realisasi pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya 5,02% (yoy).
Sementara, untuk indikator makro ekonomi lainnya, BI memperkirakan inflasi 2019
akan sebesar 3,1% (yoy), pertumbuhan kredit delapan persen (yoy) atau menurun
dibanding 2018 yang sebesar 12,1% (yoy)
dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sebesar 8%. (sr)