Senin, 9 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Indonesia mengajak Thailand dan Malaysia sebagai negara
anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk melindungi petani
karet dan menyusun langkah bersama mengatasi berbagai persoalan karet alam guna
perjuangkan kesejahteraan petani karet alam.
Hal tersebut disampaikan Indonesia yang memimpin pertemuan ITRC yang
diselenggarakan di Jakarta pada 2-5 Desember 2019.
“Pertemuan ini membahas situasi pasar karet alam global dan menyusun upaya konkret
dalam mengatasi persoalan rendahnya harga karet alam yang berdampak langsung
bagi kesejahteraan petani karet,” ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi
Internasional Kementerian Perdagangan Antonius Yudi Triantoro lewat
keterangannya diterima di Jakarta, Minggu (8/12).
Untuk itu, lanjutnya, seluruh pihak terkait perlu melindungi petani karet
dengan berbagai langkah yang telah direncanakan.
Dalam pertemuan ini, dicapai dua kesepakatan, yaitu negara anggota ITRC sepakat
untuk terus berkomitmen dalam menjaga pasokan karet alam melalui skema ITRC dan
memperluas kerangka kerja sama dengan negara produsen lainnya.
ITRC memiliki skema menjaga pasokan karet alam melalui Skema Pengelolaan
Pasokan (Supply Management Scheme/SMS) dan Skema Pembatasan Ekspor (Agreed
Export Tonnage Scheme/AETS).
Untuk meningkatkan konsumsi karet di tiga negara, ITRC membentuk Skema Promosi
Permintaan (Demand Promotion Scheme/DPS) sebagai wadah bagi Negara anggota
untuk menyampaikan strategi peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri
seperti penggunaan karet sebagai campuran aspal dan berbagai inovasi produk
berbasis karet alam.
Skema ITRC bertujuan untuk menjaga keberlanjutan karet alam melalui stabilisasi
harga karet alam dunia. Keberlanjutan sektor karet alam harus terus diperjuangkan.
Perbaikan harga terus diupayakan agar petani dapat terus membudidayakan tanaman
karetnya.
Harga karet yang rendah, turut membuat petani menurunkan kualitas perawatan
tanamannya dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida.
Sehingga, mengakibatkan daun karet di Indonesia, Malaysia, dan Thailand terkena
serangan penyakit pestalotipsis. Hal tersebut membuat penyakit ini terus
berkembang dan semakin mengurangi produksi karet alam.
Selain itu, dengan memperluas kerangka kerja sama dengan negara produsen
lainnya diharapkan nantinya langkah yang diambil akan berdampak lebih
signifikan bagi pasar karet alam global.
“Kita perlu menggandeng negara produsen lain, khususnya di negara ASEAN, serta
organisasi karet lainnya seperti The Association of Natural Rubber Producing
Countries (ANRPC) untuk bersinergi dalam mengatasi berbagai masalah yang ada,”
pungkas Yudi. (sr)