Jumat, 13 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Wakil Ketua DPR-RI Bidang Koordinasi Industri dan
Pembangunan Rachmat Gobel kembali mengajak Keidanderan atau organisasi dunia
usaha Jepang untuk terus ikut berkontribusi dalam memanfaatkan peluang kerja
sama investasi yang semakin terbuka di Indonesia.
“Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong
transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara
berpenghasilan tinggi (high income) melalui visi Indonesia Emas 2045,”
kata Rachmat Gobel dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (12/12).
Rachmat didampingi sejumlah Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Aceh, Maluku
Utara dan Papua dan Gorontalo, berkunjung ke Tokyo, Jepang, pada 5-19 Desember
2019, untuk mempelajari kemajuan ekonomi dan pariwisata di Negeri Sakura itu
khususnya dalam melestarikan lingkungan hidup, pertanian dan usaha menengah dan
kecil (UKM).
Saat diterima Wakil Ketua Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren), Ken
Kobayashi, Rachmat menyampaikan bahwa transformasi di Indonesia membuka
berbagai peluang usaha dan investasi dalam jumlah besar, yang merupakan prospek
kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara
“Sejak Indonesia membuka peluang investasi melalui UU PMA pada 1968, Jepang
adalah negara pertama yang merespon positif dengan mendirikan berbagai
perusahaan patungan dengan Indonesia. Salah satu milestone pembangunan sektor
industri manufaktur di Indonesia dimulai dengan industri otomotif, elektronika
dan tekstil,” ujarnya.
Kerja sama ini terus berlangsung selama ini telah berkontribusi sangat
siginifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dunia usaha Jepang yang selama ini telah menanamkan modalnya di Indonesia.
Investasi ini telah banyak memberi dampak positif dalam menggerakkan dan
memajukan perekonomian Indonesia.
“Parlemen dan Pemerintah Indonesia, dalam waktu dekat akan membahas omninbus
law yang tujuan memberi kemudahan bagi dunia usaha berinvestasi di
Indonesia,” katanya.
Sementara itu Wakil Ketua Keidanren yang juga Ketua Komite Ekonomi Jepang –
Indonesia Ken Kobayashi mengatakan kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh
Indonesia harus dibarengi pola pikir yang berubah, khususnya bagi anak-anak
muda yang ingin bekerja.
“Dunia telah berubah. Indonesia yang melimpah dengan sumber daya alam,
harus lebih maju daripada Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam seperti
Indonesia. Mari kita garap bersama dan maju bersama,” kata Kobayashi.
Dunia usaha Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Berdasarkan data
Jakarta Japan Club (JJC), dalam 10 tahun terakhir nilai investasi Jepang di
Indonesia mencapai US 431 miliar atau sekitar Rp 450 triliun.
Investasi ini telah membuka lebih banyak lapangan kerja. Pada 2018 lalu, tidak
kurang dari 7,2 juta angkatan kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan
Jepang, naik sekitar 53% dibandingkan
2015 sebesar 4,7 juta.
Kontribusi perusahaan Jepang terhadap PDB Indonesia naik dari 6,1% pada 2015 menjadi 8,5% pada 2018 atau naik
dari US$ 52,5 miliar menjadi US$ 85,9 miliar.
Jepang juga tercatat sebagai negara kreditor terbesar pemerintah Indonesia
dalam berbagai pembangunan infrastruktur. Pinjaman lunak yang diberi melalui
Japan International Cooperation Agency (JICA) sangat membantu Indonesia dalam
membangun berbagai infrastruktur.
Perfektur Shiga
Selain melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak, Rachmat Gobel juga
mengunjungi Perfektur Shiga, menjajaki peluang kerja sama dengan pemerintahan
daerah Shiga dalam revitalisasi danau yang menjadi prioritas pemerintah ke
depan.
Di lingkungan internasional, daerah ini dikenal telah berhasil revitalisasi
Danau Bhiwa, yang tidak hanya sukses menjadi obyek wisata tapi juga menjadi
sumber air minum dan pertanian.
Ia akan mendorong kerja sama Perfektur Shiga dengan pemerintah daerah
pemilihannya yaitu Provinsi Gorontalo, untuk melakukan revitalisasi Danau
Limboto. Danau ini mempunyai peran strategis untuk wilayah Gorontalo, namun
kini tengah mengalami krisis.
Karena terjadi pendangkalan, luas danau yang dulunya 8.000 ha kini menyusut
menjadi 3.000 ha. Kedalaman yang semula mencapai 12 meter, kini tinggal 3
meter.
“Oleh karena itu perlu penggerukan untuk menyelamatkan danau ini agar bisa
kembali berpotensi sebagai daya tarik pariwisata Gorontalo,” kata Rachmat. (sr)