Jumat, 17 Januari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia menyatakan potensi neraca perdagangan
Indonesia pada 2020 akan berbalik menjadi surplus sejalan dengan penyempitan
defisit yang terjadi pada akhir 2019.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Pertemuan Tahunan Industri
Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis (16/1), mengatakan di akhir 2019, kinerja
perdagangan menunjukkan perbaikan drastis.
Dia optimistis penyempitan defisit neraca perdagangan di akhir 2019 akan
berlanjut sepanjang 2020 seiring tekanan ekonomi global yang kian mereda.
Pada akhir 2019, defisit neraca perdagangan menurun menjadi US$ 3 miliar dibandingkan 2018 yang sebesar US$ 8,3 miliar.
“Karena berkurangnya defisit neraca perdagangan cukup besar dari US$ 8,70
miliar menjadi pada kisaran US$ 3 miliar
,” kata Dody.
Dody berharap kondisi perekonomian global mengalami perbaikan dalam beberapa
waktu ke depan untuk membantu mengerek harga komoditas.
Dia melanjutkan, penguatan nilai neraca perdagangan akan membantu memperbaiki
defisit transaksi berjalan (current account deficit) dari kisaran 2,5%-3% Produk Domestik Bruto, serta menjaga nilai
tukar rupiah.
“Kami harap pada 2020 ini, angka defisit neraca perdagangan semakin
mengecil dan akan mempengaruhi transaksi berjalan,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan sepanjang 2019
mengalami defisit US$ 3,20 miliar. Defisit tersebut terjadi seiring dengan
kinerja ekspor sepanjang 2019 yang mencapai US$ 167,53 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan kinerja
impor yang mencapai US$ 170,72 miliar .
“Defisit pada 2019 ini lebih kecil bahkan hampir sepertiga dari defisit
yang terjadi pada 2018 yaitu US$ 8,6 miliar,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Selama Desember 2019 neraca perdagangan mengalami defisit US$ 0,03 miliar atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan
defisit pada November 2019 sebesar US$ 1,39 miliar. (sr)