Jumat, 17 Januari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kegiatan ekonomi harus tetap memperhatikan kepentingan
kelestarian sumber daya alam dan tidak merusak keanekaragaman hayati, kata
Pembina Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Emil Salim.
“Dalam kegiatan ekonomi tidak perlu merusak sumber daya manusia tapi bisa
dengan ‘resource enrichment’ atau pengayaan sumber daya alam, sehingga di dalam
pembangunan itu injeksi otak ke dalam proses mengelola sumber daya alam untuk
menaikkan nilai tambah sehingga dapat berlangsung pertambahan nilai ekonomi dan
nilai sosial tanpa merusak sumber daya alam,” kata mantan Menteri
Negara Lingkungan Hidup dan Kependudukan, Kamis (16/1).
Menurut Emil yang juga tokoh lingkungan hidup internasional dan pernah menerima
The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF) itu,
pembangunan seharusnya tidak berujung pada eksploitasi tetapi pelestarian dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Untuk mendorong pengayaan sumber daya alam, katanya, diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
optimal.
Ia mengatakan sumber daya manusia yang berkualitas dan inovatif akan mampu
menciptakan berbagai terobosan, inovasi, dan teknologi yang berguna untuk
memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan serta melestarikannya.
Demikian pula berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati
secara berkelanjutan, katanya, harus selalu diprioritaskan dan menjadi
perhatian bersama di seluruh elemen masyarakat.
Ia mengatakan kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati untuk
kelangsungan hidup di Bumi juga harus menjadi perhatian utama bangsa
Indonesia.
“Karena keanekaragaman hayati di dalam dirinya memuat unsur pembangunan
yang lain bukan pembangunan eksploitasi sumber daya alam tetapi pembangunan
yang memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam,” ujar ahli ekonomi
itu.
Dalam pembangunan kesadaran akan pentingnya menjaga dan merawat keanekaragaman
hayati, ujarnya, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meyakinkan masyarakat
bahwa berbagai ekosistem dan unsur keanekaragaman hayati harus dipelihara dan
dilestarikan.
Masyarakat juga harus memahami berbagai kegiatan yang dapat mengancam
kelestarian sumber daya hayati, seperti menjadikan mangrove sebagai tempat
pemukiman, bukit-bukit yang menjadi sumber air dikembangkan menjadi tambang,
pencemaran lingkungan hidup, penebangan hutan secara ilegal, serta kegiatan
eksploitasi alam lain.
Ia mengatakan pembukaan lahan di hutan untuk pertanaman tunggal atau monokultur
seperti untuk perluasan perkebunan sawit juga dapat mengancam sumber daya
hayati di dalam hutan jika dibiarkan begitu saja.
Masyarakat yang ingin mengelola alam untuk keuntungan ekonomi juga harus
disadarkan bahwa keanekaragaman hayati itu penting dan harus dilestarikan
sehingga dapat mengadopsi praktik-praktik baik untuk pelestarian alam dan
keanekaragaman hayati.
Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos menuturkan konservasi lingkungan
dan keanekaragaman hayati merupakan fundamental atau dasar bagi pertumbuhan
ekonomi yang maju dan berkelanjutan.
“Konservasi bukanlah musuh ekonomi. Konservasi menjadi dasar atau fondasi
untuk sebuah pertumbuhan ekonomi. Kalau tidak ada konservasi, tidak ada
pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Ia mengatakan konservasi bisa saja menjadi musuh bagi sekelompok orang karena
berkaitan dengan kepentingan ekonomi jangka pendek yang tidak peduli lingkungan
dan publik, serta kepentingan ekonomi yang tidak berkeadilan dan tidak
berkelanjutan.
Riki menginginkan tindakan merusak lingkungan dan sumber daya hayati harus
dihentikan.
Semua pihak, katanya, harus bekerja sama untuk mempromosikan, menciptakan,
melakukan berbagai strategi, serta upaya untuk pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan bijak. (ki)