Rabu, 22 Januari 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Dalam rangka percepatan pelaksanaan program pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kembali melakukan Penanaman Perdana Pisang Cavendish. Kali ini Kabupaten Blitar yang menjadi tuan rumah rangkaian kegiatan penanaman perdana pengembangan komoditas hortikultura, setelah sebelumnya dilaksanakan di Kabupaten Jembrana, 28 Desember 2019 yang lalu. Program quick wins Kemenko Perekonomian ini bertujuan menekan defisit neraca perdagangan nasional.
Pemerintah pun terus mendorong pengembangan produk-produk yang memiliki daya saing dan potensi ekspor yang tinggi, seperti produk sektor pertanian yang berkontribusi terbesar ketiga dalam Produk Domestik Bruto (PDB), setelah sektor industri dan perdagangan. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang mengalami surplus di saat sektor lain mengalami defisit neraca perdagangan.
Pada bulan Agustus 2019, sektor pertanian tercatat mengalami surplus sebesar US$ 0,34 atau tumbuh sebesar 12% dari tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan, dalam konteks ekonomi yang paling utama adalah mendorong ekspor dan investasi untuk menyelesaikan defisit tersebut.
Menurut Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono, Pemerintah melakukan 2 upaya untuk memitigasi defisit Neraca Perdagangan. Pertama, mendorong agar neraca pembayaran surplus melalui peningkatan investasi dengan mendorong Foreign Direct Investment (FDI) dan mengurangi investasi asing jangka pendek (portfolio).
“Selain itu, upaya mengurangi defisit transaksi berjalan ditempuh dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan produk ekspor dan mengembangkan substitusi impor”, ujar Sesmenko saat memberikan pidato kuncinya pada acara penanaman perdana di Blitar, Selasa (21/1).
Ia menambahkan, beberapa kebijakan jangka pendek yang telah diterapkan oleh Pemerintah antara lain perbaikan iklim usaha melalui pelayanan dan perizinan terintegrasi, yang dikenal sebagai Online Single Submission (OSS).
Selain itu, juga melalui pemberian insentif fiskal bagi industri berorientasi ekspor, dan pengembangan produk-produk berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor. Bukan hanya produk-produk hasil industri, namun juga produk-produk yang berasal dari sektor lainnya, seperti sektor pertanian. Pisang Cavendish merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan yang baik karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar yang masih terbuka luas.
Saat ini, ekspor pisang Cavendish sudah dilakukan ke beberapa negara yaitu ke Cina, Jepang, Korea, dan Timur Tengah, namun demikian permintaan dari negara tersebut masih belum dapat tercukupi karena keterbatasan lahan produksi pisang Cavendish. Oleh karena itu, pengembangan komoditas hortikultura berorientasi ekspor akan terus dilakukan di berbagai daerah dengan tujuan peningkatan ekspor dan investasi serta pemerataan ekonomi melalui kerjasama kemitraan antara pemerintah, swasta dan petani.
PT Great Giant Pineapple (GGP) selaku offtaker dan perusahaan yang melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan petani, melalui program Creating Share Value akan melakukan kerja sama kemitraan dengan kelompok tani atas dasar pemberdayaan dan saling menguntungkan kedua belah pihak untuk melakukan budidaya dan produksi pisang yang berdaya saing dan berkualitas ekspor.
“Kita mulai terlebih dahulu dengan demplot di beberapa lokasi dengan luasan sekitar 4 Ha agar para petani dapat melihat secara langsung proses dan keberhasilan dari budidaya tanaman ini, baru kemudian petani dapat bergabung dalam program ini. Petani akan mendapatkan pendampingan mulai dari proses produksi hingga pemasaran, sehingga petani betul-betul mendapatkan manfaat dan keuntungan yang lebih baik”, imbuh Sesmenko.
Program pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor tersebut merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah untuk mendorong produk lokal yang berdaya saing global. Sesuai dengan target, pemerintah akan terus mengembangkan Kawasan hortikultura berorientasi ekspor di kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bondowoso dan kabupaten lainnya yang telah berkomitmen.
“Untuk ke depan, saya berharap pola seperti ini dapat terus digulirkan di level nasional, sehingga nantinya akan sangat besar kontribusinya terutama untuk menyelesaikan permasalahan utama ekonomi kita terkait defisit neraca perdagangan. Tentunya diawal pengembangan adalah untuk pasar lokal dulu, dan kemudian secara bertahap disiapkan logistiknya agar lebih efisien untuk tujuan utamanya yaitu mendorong ekspor,” pungkas Sesmenko.
Turut hadir pada kegiatan penanaman perdana pengembangan hortikultura ini, antara lain Bupati Blitar, Bupati Bondowoso, Wakil Bupati Malang, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Timur, CEO dan Direktur PT GGP, serta perwakilan kementerian dan lembaga.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan 2 penandatanganan, yakni Nota Kesepahaman antara Bupati Blitar dan PT Great Giant Pineapple, dan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Kemitraan antara PT Great Giant Pineapple dan Para Petani untuk pengembangan komoditas hortikultura, khususnya Pisang Cavendish di Kabupaten Blitar.(rud)