Selasa, 28 Januari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-PT Pertamina (Persero) menargetkan sebanyak 20 pengeboran
sumur minyak pada 2020, setelah resmi
ditetapkan menjadi pengelola Blok Rokan.
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, Senin (27/1), menjelaskan
pada Juli 2018 lalu, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) memutuskan untuk mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada
Pertamina.
Ia mengemukakan bahwa dengan dukungan Pemerintah, Pertamina terus mengupayakan
proses transisi pengelolaan Blok Rokan berjalan dengan lancar agar dapat
mempertahankan tingkat produksi saat alih kelola yang dimulai pada Agustus
2021.
Pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina pasca-Agustus 2021 telah dituangkan dalam
Kontrak Bagi Hasil yang ditandatangani oleh anak perusahaan Pertamina, yaitu PT
Pertamina Hulu Rokan dengan SKK Migas pada Mei 2019.
“Kami memenangkan tender Blok Rokan, sehingga Pertamina telah sah mendapatkan
Participating Interest (PI) atau hak pengelolaan sekaligus menjadi operator
Blok tersebut selama 20 tahun ke depan yakni sejak Agustus 2021 sampai 2041.
Untuk memastikan produksi terus berjalan baik selama masa transisi, Pertamina
pun telah menyiapkan investasi untuk melakukan pemboran pada 2020,” ujar
Fajriyah.
Sebagai asumsi awal, lanjutnya, agar dapat menahan laju penurunan produksi
alamiah, Pertamina menargetkan 20 sumur dapat dibor pada tahun ini.
Untuk dapat merealisasikan program pemboran tersebut, sampai saat ini Pertamina
terus melakukan diskusi intensif dengan Chevron Pasific Indonesia (CPI) selaku
pemilik PI saat ini, sekaligus mengkomunikasikannya dengan Pemerintah. Pertamina
terus mendorong transisi alih kelola Blok Rokan tersebut selesai di tahun 2020.
“Pembahasan dengan CPI terus berlangsung untuk mencapai kesepakatan,
sehingga kami berharap proses transisi Blok Rokan berjalan smooth,” kata
Fajriyah.
Menurutnya, Pertamina belajar dari pengalaman di Blok Mahakam. Sebelum hak
pengelolaan beralih ke Pertamina, pemboran sumur yang berkurang drastis dari 44
sumur di tahun 2016 menjadi 6 sumur di 2017 telah mempengaruhi penurunan
produksi migas yang signifikan pada saat alih kelola dimulai pada 2018.
Walaupun setelahnya, Pertamina terus menggenjot pemboran dan melakukan
investasi sehingga berhasil mencapai hasil produksi yang lebih tinggi dari
target yang pernah dicanangkan operator sebelumnya.
Selain pemboran, upaya lain yang telah dilakukan adalah bersinergi dengan anak
perusahaan Pertamina dengan menunjuk Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Perusahaan
Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengerjakan proyek pergantian pipa hilir Blok Rokan.
Pipa tersebut rencananya akan menghubungkan beberapa lapangan, yakni
Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai. Penggantian pipa diperlukan sebelum
Blok Rokan beralih ke Pertamina karena pipa eksisting pun sudah berumur terlalu
tua dan berpotensi menggaggu produksi Blok Rokan jika terus digunakan.
Pertamina menargetkan pembangunan pipa hilir ini bisa selesai pada Agustus 2021
sebelum kontrak CPI berakhir.
Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok
seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki
potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021 mendatang,
maka kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional
akan meningkat dari 48 persen di tahun 2019 menjadi 60 persen di tahun 2021.
Blok Rokan telah beroperasi selama 68 tahun, sejak 1952. Dapat dikatakan blok
tersebut cukup mature sehingga perlu upaya khusus untuk terus
mengoptimalkan resources yang ada dan menahan laju penurunan alamiahnya.
Upaya-upaya peningkatan produksi Blok Rokan direncanakan Pertamina melalui
optimasi pengembangan lapangan-lapangan produksi baik melalui kegiatan Primary,
Secondary / Waterflood maupun Tertiary Recovery (Steamflood dan Chemical EOR).
Investasi dalam keseluruhan lingkup pekerjaan tersebut guna menahan laju
penurunan alamiah dan menaikkan produksi dengan meningkatkan recovery factor
lapangan. Dengan investasi yang terintegrasi tersebut diharapkan akan
memberikan pengaruh yang signifikan pada pendapatan Pemerintah dan Pertamina.
(ki)