Senin, 17 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Pertamina didorong untuk lebih mempercepat pembangunan
kilang, terutama kilang yang diperluas dengan produk petrokimia.
Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia, Achmad Widjaja di Jakarta, Sabtu (15/2), mengatakan prospek kilang penghasil petrokimia bisa
menjadi penunjang utama berbagai industri nasional.
“Bukan hanya strategis, tetapi juga menjadi penunjang utama industri
nasional. Makanya harus diuber pembangunan kilangnya,” katanya.
Tingginya peran petrokimia, bisa dilihat dari potensi pasar, tambahnya, bahkan
potensi tersebut bisa lebih dari Rp 40 triliun-Rp 50 trilun per tahun.
“Kalau pertumbuhan ekonomi tujuh persen, angka tersebut bisa lebih. Dan
kalau harga energi bagus, yang berarti bahwa tingkat konsumsi tinggi, maka bisa
naik menjadi dua kali lipat. Hanya saja, kita memang tidak bisa memprediksi
dalam kondisi pertumbuhan 5%,” kata dia.
Widjaja menegaskan, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekarang mencapai 265
juta jiwa, kebutuhan petrokimia menjadi sangat tinggi, di sisi lain, perusahaan
yang bergerak di industri petrokimia masih sedikit, di antaranya TPPI Tuban dan
Bontang serta grup Chandra Asri.
“Besarnya kebutuhan tersebut, membuat Indonesia saat ini menjadi negara
pengimpor petrokimia. Dari total kebutuhan, hanya sekitar 30% yang dipenuhi
dari suplai dalam negeri. Sisanya, 70% masih impor,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjutnya, dengan kilang petrokimia Pertamina, diharapkan bisa
mengurangi impor petrokimia secara signifikan.
Widjaja mencontohkan botol air mineral saja masih diimpor. Dengan harga nafta
0,01 sen dolar AS untuk setiap botol air mineral, bisa dihitung bahwa nilai
impor produk tersebut sangat besar mencapai triliunan rupiah.
“Itu baru satu jenis produk. Padahal, petrokimia merambah pada aneka
industri, termasuk industri rumah tangga. Sebut saja tekstil, sikat gigi, gelas
air minum, hula hoop, bola, gayung mandi, wadah telepon, dan sebagainya,”
katanya.
Dikatakannya, industri petrokimia memiliki nilai ekonomi yang besar sekali.
Dari tetesan minyak bisa menghasilkan 20 kluster aneka industri. Dimana
masing-masing kluster terdiri atas beberapa sub kluster lain.
Untuk itulah, menurut dia, idealnya Pertamina tidak hanya berkonsentrasi
menggarap sektor hulu petrokimia, tapi juga di bagian hilirnya. Bisnis ini
membutuhkan investasi sangat besar dan bersifat jangka panjang dengan potensi
keuntungan yang didapat juga bersifat jangka panjang. (sr)