Selasa, 18 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia menilai neraca perdagangan Januari 2020 yang
defisitnya meningkat dibanding bulan sebelumnya, mengindikasikan permintaan
domestik yang tetap baik.
“Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah
dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek
kinerja neraca perdagangan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi
BI Onny Widjanarko, Senin (17/2).
Menurut Onny, peningkatan impor barang konsumsi pada Januari 2020 menggambarkan
daya beli yang tetap terjaga.
Sementara peningkatan impor barang modal mencerminkan keyakinan pelaku ekonomi
terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.
BI mencatat neraca perdagangan Indonesia Januari 2020 defisit US$ 0,86 miliar,
meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$ 0,06 miliar .
Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya surplus neraca
perdagangan nonmigas akibat kenaikan impor barang konsumsi dan barang modal
untuk kegiatan produktif, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang belum kuat
sejalan dengan kondisi global yang belum kuat.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat didorong oleh
menurunnya ekspor migas, meskipun impor migas juga telah lebih rendah dari
bulan sebelumnya.
Adapun neraca perdagangan nonmigas pada Januari 2020 tercatat surplus US$ 0,32
miliar, menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$ 0,94
miliar.
Perkembangan tersebut satu sisi dipengaruhi oleh kenaikan impor nonmigas yakni
impor barang konsumsi dan barang modal seperti kendaraan dan bagiannya.
Di sisi lain, kinerja ekspor nonmigas belum kuat, terutama akibat menurunnya
ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati serta komoditas bijih, kerak,
dan abu logam yang menurun.
Sedangkan ekspor komoditas logam mulia, perhiasan/permata serta besi dan baja
meningkat sejalan dengan permintaan global yang masih kuat.
Sementara itu, kata Onny, defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2020
meningkat menjadi sebesar US$ 1,18 miliar, dari deficit US$ 1,00 miliar pada bulan sebelumnya.
Peningkatan defisit tersebut terutama akibat kinerja ekspor migas yang menurun
sejalan dengan menurunnya ekspor minyak mentah dan gas, meskipun impor migas
juga menurun baik dalam bentuk hasil minyak dan gas. (sr)