Rabu, 11 Maret 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM- Letak geografis Indonesia dipastikan membuka peluang untuk
meningkatkan produksi ekspor tuna ke berbagai negara.
“Tuna menjadi sangat spesial sebab sifatnya yang bermigrasi, tidak menetap
di wilayah tertentu. Komoditas ini memiliki peluang besar dalam peningkatan
ekspor Tuna di Indonesia. Saya percaya, jika kita kawal ini bersama, maka
ekspor kita akan meningkat,” jelas Direktur Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia M Zulficar Mochtar,
Selasa (10/3)
Zulficar
Mochtar dalam kuliah umum berjudul “Konsep Pengelolaan Menuju Perikanan
Tuna yang Maju dan Bertanggungjawab” di Unhas, Makassar, mengatakan
Indonesia merupakan produsen tuna terbesar. Namun, sumber daya ini belum
dimanfaatkan secara optimal.
Kondisi itupun yang membuat komoditas ekspor tuna Indonesia masih berada di
urutan sembilan.
“Letak Indonesia yang sangat strategis yang terletak di antara dua samudra
menjadikannya lokasi migrasi bagi tuna. Rata-rata produksi tuna Indonesia selama
14 tahun terakhir (2005-2018) sebesar 567.867 ton. Sejauh ini, total ekspor TCT
tahun 2018 sebesar 168.436 ton dengan nilai US$ 714 juta. Ekspor tersebut
didominasi oleh tuna,” kata Zulficar.
Lebih lanjut, Zulficar menjelaskan bahwa dalam pemanfaatan tuna ada kewajiban
setiap negara untuk melakukannya dengan kerja sama internasional.
Hal ini sesuai dengan UNCLOS 1982 (pasal 64) dan UNFSA/UNIA 1995 (Pasal 17 ayat
2) yang mana keduanya sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Dr St Aisjah Farhum, MSi
menyampaikan terima kasih atas kesediaan narasumber untuk berbagi ilmu dan
informasi terbaru mengenai kondisi maritim Indonesia saat ini.
“Kami senang dan bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan
langsung dari sumber pertama mengenai isu kelautan Indonesia. Tentu harapan
kita bersama, kegiatan ini bisa menjadi sarana memperbaharui informasi kita
tentang bidang keilmuan yang dimiliki,” jelas Dr Aisjah. (ki)