Senin, 13 Juli 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Menghadapi era normal baru (new normal), Indonesia terus memacu nilai perdagangan ke seluruh dunia, termasuk ke Mesir yang merupakan pasar konsumen terbesar di Afrika Utara. Dengan populasi lebih dari 100 juta jiwa yang terdiri dari berbagai kalangan, Mesir merupakan pasar yang sangat potensial untuk Indonesia.
Upaya ini disampaikan Atase Perdagangan Kairo Irman Adi Purwanto Moefthi di seminar web
(webinar) bertema “International Business Opportunites in New Normal Era” yang digelar pada
Kamis (9/7). Webinar diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung
didukung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo dan Atase Perdagangan di Kairo.
“Mesir merupakan pasar yang menjanjikan bagi produk Indonesia. Melalui webinar ini, diharapkan
akan memperluas peluang yang ada bagi akses pasar produk Indonesia,” jelas Irman.
Produk ekspor utama Indonesia ke Mesir adalah minyak sawit, kopi, benang, roda kendaraan, dan
minyak palm kernel. Sedangkan, produk ekspor utama Mesir ke Indonesia adalah kurma dan buahbuahan, pupuk, kalsium fosfat, molases, dan parfum.
“Selain itu, Mesir merupakan pasar yang menjanjikan bagi produk rempah Indonesia. Karena,
Mesir merupakan negara yang tingkat konsumsi rempahnya sangat tinggi. Rempah seperti lada,
pala, dan cengkeh sangat dibutuhkan untuk bahan olahan makanan,” ujar Irman.
Irman juga menyampaikan, Pemerintah Mesir telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang
berpotensi meningkatkan peluang ekspor produk Indonesia. Pemerintah Mesir menerbitkan
sejumlah stimulus nonfiskal yang ditujukan untuk menyelamatkan industri manufaktur dan
perdagangan nasional dari dampak wabah virus corona. Hal tersebut berupa penyederhanaan dan
pengurangan jumlah larangan untuk aktivitas impor, khususnya bahan baku.
Stimulus tersebut diberikan kepada perusahaan Mesir yang berstatus sebagai produsen. Produsen
produk elektronik rumah tangga, dan produk pangan strategis, serta produk makanan diberikan
kesempatan sebesar-besarnya untuk mengimpor bahan baku menopang industri dan produksi.
Kebijakan lainnya, Bank Sentral Mesir mewajibkan para importir melakukan metode pembayaran
dengan mekanisme cash against document. Dengan begitu, pihak eksportir diwajibkan
menyerahkan dokumen ekspor berupa Sertifikat Keterangan Asal (SKA), sertifikat kesehatan,
faktur penjualan barang, daftar pengepakan, konosemen (bill of lading/airway bills), Surat
Keterangan Pemeriksaaan Jaminan Mutu Barang, dan dokumen lainnya melalui bank eksportir.
Sementara itu, Wakil Duta Besar RI untuk Mesir Muhamad Aji Surya yang turut hadir sebagai
narasumber menyampaikan, kemampuan mengintip peluang ada dalam diri kita, bangsa
Indonesia. “Kemampuan mengintip peluang dimiliki oleh akademisi, mahasiswa, pengusaha,
hingga para diplomat. Kemampuan itulah yang akan membuat kita tetap optimis di tengah wabah
Covid-19 dan di era normal baru ini. Untuk itu, diperlukan sebuah kecepatan, kreativitas, dan
inovasi,” ungkapnya.
Irman juga menjelaskan sejumlah strategi yang telah disiapkan untuk memacu ekspor produk
Indonesia ke Mesir. “Strategi tersebut antara lain menggalang para pelaku bisnis baru dan lama
untuk mengimpor beragam produk unggulan Indonesia melalui penyelenggaraan forum bisnis
virtual, berpartisipasi pada kegiatan promosi dan pameran dagang daring, dan mempercepat
diseminasi informasi produk ekspor dengan membangun aplikasi daring mengenai direktori
eksportir Indonesia yang disediakan di setiap Perwakilan RI di luar negeri,” pungkasnya. (udy)
–