Indonesia dan Bangladesh Lanjutkan Perundingan Dagang PTA di Tengah Pandemi Global

Oleh rudya

Selasa, 27 Oktober 2020

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Indonesia dan Bangladesh kembali melanjutkan perundingan
Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) setelah sempat tertunda
pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19 pada Pertemuan ke-3 Trade Negotiating Committee
(TNC) IB-PTA. Pertemuan ini dilaksanakan secara virtual pada 21—22 Oktober 2020. Agenda
utama pertemuan ini adalah melanjutkan berbagai pembahasan yang telah dilakukan pada
putaran sebelumnya, termasuk draft text perjanjian IB-PTA, akses pasar, dan Rules of Origin
(ROO).

Pada pertemuan ini, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Ni Made Ayu
Marthini. Sementara delegasi Bangladesh dipimpin Additional Secretary Kementerian Perdagangan
Bangladesh Muhammad Shahidul Islam.

“Meskipun suasananya berbeda dari perundingan tatap muka secara langsung, namun pertemuan
berlangsung cukup efektif. Delegasi Indonesia dan Bangladesh tetap semangat melakukan
perundingan secara daring. Kedua delegasi memandang penting pertemuan ini dalam mendorong
penyelesaian perundingan IB-PTA karena sangat ditunggu oleh para pelaku usaha kedua negara.
IB-PTA dapat membuka akses pasar yang lebih baik bagi produk unggulan/potensial dari Indonesia
ke Bangladesh dan sebaliknya,” jelas Made.

Made juga mengungkapkan tiga kesepakatan yang berhasil dicapai kedua negara dalam
perundingan itu. Kesepakatan tersebut yaitu merevisi rencana kerja yang akan menjadi acuan
untuk menyelesaikan perundingan IB-PTA; melanjutkan negosiasi mengenai request dan offer
melalui Kelompok Kerja Trade in Goods (TIG) pada November 2020; serta melanjutkan negosiasi
mengenai aturan asal barang melalui Kelompok Kerja ROO pada November 2020.

Perundingan IB-PTA diluncurkan di Dhaka pada 28 Januari 2018 melalui penandatanganan Joint
Statement oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan Bangladesh pada saat
Kunjungan Kerja Presiden RI ke Bangladesh. Perundingan pertama dilakukan di Dhaka, Bangladesh
pada 28 Februari 2019 dan perundingan kedua dilaksanakan di Bali, Indonesia pada 22—23 Juli
2019.

Perundingan ketiga seharusnya kembali dilakasanakan di Dhaka pada Februari 2020. Namun
pertemuan tertunda karena Covid-19 dan baru dapat terlaksana secara virtual pada 21—22
Oktober 2020. Putaran perundingan ke-4 direncanakan tetap diadakan secara daring, mengingat
masih dalam suasana pandemi.

“Kami akan tetap memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mengejar ketertinggalan
karena sempat tertunda di awal pendemi. Kedua delegasi menargetkan finalisasi teks perjanjian
dan daftar produk yang tercakup dalam perjanjian pada putaran perundingan berikutnya. Sesuai
target yang ditetapkan, kedua delegasi berupaya keras agar IB-PTA dapat diselesaikan pada
triwulan pertama tahun 2021” pungkas Made.

Pada pertemuan ini delegasi RI berasal dari berbagai kementerian dan lembaga terkait, yang
terdiri atas perwakilan dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Badan Standardisasi Nasional, dan KBRI Dhaka.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, pada periode
Januari—Agustus 2020, ekspor Indonesia ke Bangladesh tercatat sebesar USD 1,06 miliar atau
turun 16,19 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,27 miliar.
Sementara impor Indonesia dari Bangladesh pada periode tersebut mencapai USD 48,94 juta atau
turun 21,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 61,96
juta.

Sementara itu, total perdagangan kedua negara pada 2019 mencapai USD 2,09 miliar. Pada
periode tersebut, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD 1,81 miliar. Bangladesh
menempati peringkat ke-20 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dan menempati urutan ke-68
sebagai negara asal impor Indonesia.

Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh pada 2019 adalah minyak kelapa sawit;
batubara; bubur kayu; semen; dan kereta api. Sedangkan impor Indonesia dari Bangladesh adalah
kaos, singlet, dan rompi lainnya; benang rami; jas wanita; jas pria; serta baju jerseys, pullover, dan
cardigan. (dya)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment