Selasa, 10 November 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Kasan mengungkapkan, Indonesia berpotensi meraup USD 584 juta atau Rp8,3 triliun dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada Indonesia-China Business Forum & Business Matching (ICBFBM) yang digelar Sabtu lalu (7/11).
Penandatanganan LoI dilakukan oleh lima importir RRT untuk pembelian produk pada 2021, yaitu
batu bara; buah tropis; produk turunan kelapa; produk perikanan; makanan dan minuman; serta produk pertanian lainnya.
Penandatangan dilakukan secara langsung dari hotel Le Meridien Minhang, Shanghai, RRT. ICBFBM merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pameran The 3 rd China International Import Expo (CIIE) yang berlangsung pada 5–10 November 2020 di Shanghai, RRT.
Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengungkapkan optimismenya dalam upaya mendorong peningkatan ekspor nasional. “Kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok diharapkan dapat terus terjalin dan perdagangan dapat terus meningkat, terutama di tengah perlambatan ekonomi global akibat pandemi Covid-19,” ujar Mendag.
Hal senada juga disampaikan Kasan. “Kemendag menyambut baik penandatangan LoI tersebut karena dapat mendorong kinerja ekspor nasional. Selain itu, peran perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri diharapkan dapat terus berjalan dengan maksimal dalam memberikan kontribusi ekspor nasional,” jelas Kasan secara virtual.
Selain itu, Kasan berharap, ICBFBM dapat memperkuat kerja sama Indonesia dan RRT serta menghasilkan potensi transaksi bisnis bagi pelaku usaha kedua negara di tengah perlambatan ekonomi dan perdagangan global serta pandemi Covid-19.
ICBFBM diselenggarakan Dirjen PEN bekerja sama dengan KBRI Beijing, KJRI Shanghai, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Shanghai. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Duta Besar LBBP untuk RRT Djauhari Oratmangun dan Konsul Jenderal RI di Shanghai Deny W Kurnia.
Business matching diikuti 16 pelaku usaha Indonesia dan 5 buyer RRT. Produknya antara lain buah segar, kopi, keripik buah, minuman herbal, minuman jeli, makanan ringan (snack, wafer, biskuit, layer cake, cream cake), kerupuk, fiber crème, bumbu masak, perasa, dan produk turunan kelapa (nata de coco dan krim kelapa).
Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Tuti Prahastuti menyatakan, “Sebagai tindak lanjut business matching, para peserta akan memperdalam komunikasi antara kedua pihak dan ITPC Shanghai akan membantu menindaklanjuti komunikasi antara pelaku usaha dan buyer tersebut.”
Sementara itu, dalam Forum Bisnis, Kasan memaparkan sejumlah strategi pengembangan ekspor Indonesia. Strategi tersebut, antara lain meningkatkan penetrasi pasar; memperkuat perwakilan perdagangan di luar negeri; meningkakan daya saing produk dan SDM UKM ekspor; relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor; serta meningkatkan fasilitasi perdagangan.
Kasan juga mengundang partisipan forum bisnis untuk menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI) ke-35 yang diadakan secara virtual pada 10–16 November 2020. TEI Virtual Exhibition (TEI-VE) 2020 merupakan pameran luring yang dikonversi menjadi pameran secara virtual dan tetap memberikan pengalaman seperti pameran fisik, baik bagi peserta maupun pengunjung.
Sementara itu Dubes Djauhari menyampaikan, hubungan Indonesia dan RRT akan semakin kuat dan berjalan baik karena secara geografis sangat dekat dan tahun ini memasuki hubungan diplomatik ke-70. Kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral secara lebih intensif, terlebih dalam konstalasi geoekonomi dan geopolitik di kawasan Asia Timur dan ASEAN. Diharapkan pula, ICFBBM dapat memberikan hasil yang baik dan bermanfaat untuk para pelaku usaha.
Selain itu, Denny menjelaskan, pasar RRT masih terbuka bagi produk Indonesia, seperti buah-buahan tropis, sarang burung walet, produk manufaktur, serta makanan dan minuman. Oleh karena itu perlu dikomunikasikan dengan baik permintaan dari luar dan suplai dari dalam negeri.
Komunikasi dapat membangun sistem pendukung sehingga rantai nilai dapat disalurkan dengan baik. ICBFBM merupakan kegiatan untuk mengoptimalisasi kerja sama perdagangan Indonesia dan RRT. “Selain itu, sebagai sinergi pelaksanaan partisipasi pelaku usaha Indonesia yang lebih baik pada pameran The 3rd CIIE yang tengah berlangsung,” pungkas Kasan.
Keikutsertaan dalam CIIE Pameran CIIE telah dibuka Presiden Xi Jinping pada 4 November 2020 dan dihadiri para duta besar berbagai negara dan para undangan, termasuk Menteri Perdagangan dan Dirjen PEN secara daring.
Tuti juga mengungkapkan, selama pameran berlangsung produk Indonesia yang cukup diminati antara lain sarang burung walet; makanan ringan; dan kopi. Terdapat 7 perusahaan Indonesia yang berpartisipasi pada CIIIE 2020, yaitu Mayora Group, PT Kapal Api, PT Purinusa Ekapersada, PT Anugerah Citra Walet Indonesia, PT Agarindo Bogatama, PT Universal Lugggage Indonesia, dan PT Inlove Jewellery Trading.
Kemendag mencatat, negara tujuan ekspor Indonesia masih didominasi RRT (18,37%), Amerika Serikat (12,14%), dan Jepang (8,43%). Bagi RRT, Indonesia merupakan negara pemasok ke-15 setelah Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura di negara ASEAN.
Total perdagangan Indonesia-RRT pada Januari–September 2020 mencapai USD 50,27 miliar atau turun 4,20 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke RRT mencapai nilai USD 21,81 miliar yang didominasi ekspor nonmigas dengan kontribusi sebesar USD 20,44 miliar. Nilai ini naik sebesar 9,78 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, nilai impor Indonesia dari RRT mencapai USD 28,46 miliar. Adapun total perdagangan kedua negara pada 2019 mencapai USD 72,89 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke RRT periode Januari–Agustus 2020 masih didominasi produk manufaktur, antara lain ferro alloys; ferro nickels (HS 720260) pangsa pasar 14,81 persen; lignit (HS 270210) pangsa pasar 7,70 persen; batu bara (HS 270119) pangsa pasar 6,79 persen; minyak kelapa sawit (HS 151190) pangsa pasar 6,04 persen; dan bubur kertas (HS 470329) pangsa pasar 5,78 persen.
Selain kelima produk tersebut, Kemendag mencatat, sektor makanan dan minuman termasuk salah satu sektor prospektif dan sebagian kecil industri yang tidak mengalami kontraksi selama tujuh bulan pertama pada tahun ini.
Pada 2019, total nilai ekspor Indonesia ke RRT untuk sektor pangan olahan mencapai USD 249,65 juta. (udy)