Industri Logam Dasar Penyumbang Terbesar Investasi Sektor Manufaktur

Oleh sukri

Selasa, 27 Juli 2021

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya tercatat sebagai kelompok penyumbang terbesar pada penanaman modal di sektor manufaktur dengan nilai Rp 27,9 triliun atau berkontribusi 12,7% pada triwulan I/2021.

“Artinya, industri baja terus memberikan kontribusi besarnya bagi penerimaan devisa, terutama dalam proses hilirisasi atau peningkatan nilai tambah bahan baku di dalam negeri,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier, Senin (26/7).

Taufiek juga menyebut ndustri baja selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga ekspor.

Pada Januari-Maret 2021 nilai ekspor industri logam dasar tercatat sebesar US$ 5,87 miliar atau naik tujuh persen dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 5,48 miliar.

Meskipun di tengah hantaman dampak pandemi COVID-19 permintaan terhadap produk baja di pasar ekspor mengalami peningkatan hingga kuartal pertama tahun ini seiring dengan berjalannya kegiatan konstruksi.

“Kami juga terus mendorong peningkatan penggunaan produk baja di dalam negeri, karena pembangunan konstruksi di tanah air yang masih terus berjalan,” imbuhnya.

Taufiek mengemukakan hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun 2020 karena dampak pandemi. Namun hal tersebut tidak terjadi di beberapa negara, seperti China yang produksinya justru meningkat 5,2%.

Berikutnya produksi baja di Turki meningkat 6 %, Iran meningkat 13%, dan Indonesia mampu meningkat hingga 30,25% dibandingkan pada 2019.

Adapun kemampuan industri baja nasional, tercemin dari kapasitas produksi bahan baku baja nasional (slab, billet, bloom) saat ini lebih dari 13 juta ton dengan perkiraan produksi tahun 2020 sebesar 11,6 juta ton atau meningkat 30,25%  dibanding tahun 2019 yang mencapai 8,9 juta ton.

Selain itu utilisasi pada tahun 2020 juga meningkat hingga 88,38% dibandingkan 2019 sebesar 67,86%.

“Sektor industri baja merupakan indikator perekonomian suatu negara. Artinya, kalau industri bajanya tumbuh, tentunya ekonomi kita bisa terbangun dengan kuat. Selain itu, yang penting adalah kita harus mengoptimalkan produk-produk dalam negeri,” tegasnya.

Seiring dengan kebijakan substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022 yang diinisiasi oleh Kemenperin, Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34%  pada tahun 2020 dibanding tahun-tahun sebelumnya. (sr)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment