Rabu, 24 November 2021
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Indonesi-Denmark menegaskan kembali kemitraan ke dua negara ini di bidang energi hijau tentang percepatan energi terbarukan, baik di pusat maupun daerah.
Hal itu mengemuka saat Menteri ESDM Arifin Tasrif menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Sebastian Kofod, Selasa (23/11). Pertemuan ini merupakan bagian dari kunjungan kerja Jeppe Sebastian selama tiga hari di Jakarta dan Surabaya.
“Acara hari ini menandai tonggak baru untuk hubungan bilateral antara Indonesia dan Denmark pasca-COP26, dan karenanya, memperkuat kemitraan energi yang sudah erat antara kedua negara,” kata Arifin Tasrif .
Arifin menyampaikan Forum Energi B2B Indonesia-Denmark adalah platform yang tepat bagi entitas bisnis untuk mengeksplorasi prospek dan inisiatif pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi.
Menurut dia, Denmark telah menjadi mitra penting dalam perjalanan Indonesia menuju transisi energi.
Selain program bilateral yang sedang berjalan, seperti Indonesia-Denmark Partnership Program (INDODEPP) dan Sustainable Island Initiatives (SII), beberapa perusahaan energi Denmark juga berencana untuk berinvestasi di Indonesia.
Proyek-proyek tersebut akan dilaksanakan oleh Copenhagen Infrastructure Partners US$ 700 juta, Vestas US$ 400 juta, dan Howden US$ 40 juta.
Bagi Indonesia, penurunan emisi gas rumah kaca di sektor energi menjadi sektor penentu pencapaian target iklim Indonesia. Denmark dengan pengalamannya dalam transisi energi hijau berkomitmen untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam mencapai tujuan tersebut.
Di bawah kemitraan kerja sama bilateral, Denmark telah menyelesaikan laporan studi mereka tentang renewable energy pipeline, serta hasil pra-studi kelayakan pada proyek energi baru terbarukan di Sulawesi Utara dan Riau.
“Studi-studi ini diselesaikan untuk menjembatani kesenjangan antara Rencana Energi Nasional dan proyek energi baru terbarukan provinsi. Dalam kemitraan tingkat provinsi lainnya, saya mencatat bahwa pemerintah Denmark juga mendukung transisi energi di Nusa Tenggara Barat. Saya berharap proyek kemitraan semacam ini dapat direplikasi di provinsi atau daerah lain di Indonesia,” tambahnya.
Dalam pertemuan itu, Menteri Arifin mengaku telah melakukan pembicaraan bilateral dengan Menteri Kofod untuk membahas masalah dekarbonisasi dan komitmen pasca-COP26.
Mereka sepakat tentang pentingnya kolaborasi internasional untuk mengejar kepentingan bersama dalam transisi energi.
Menteri Kofod menjelaskan pentingnya transisi energi hijau dan ini merupakan pesan utama yang disampaikan pada COP26.
Kedatangan delegasi Denmark ke Indonesia merupakan wujud dan tindakan langsung kemitraan antara Denmark dengan Indonesia untuk melakukan transisi energi di tingkat nasional maupun provinsi.
Delegasi Denmark mempresentasikan tiga laporan terkait langkah-langkah transisi energi hijau.
Laporan pertama tentang “Indonesia’s renewable energy pipeline” yang menunjukkan bahwa untuk mencapai target 23% energi terbarukan pada tahun 2025 dapat dijangkau oleh sektor ketenagalistrikan.
Laporan kedua tentang “pre-feasibility studies for renewable energy” di dua provinsi di Indonesia, yaitu Sulawesi Utara dan Riau. Hasil laporan ini menunjukkan ada peluang bisnis untuk pengembangan energi terbarukan di kedua provinsi.
“Denmark berencana akan memperkuat kerjasama dengan provinsi lain dengan menambahkan lebih banyak provinsi sebagai mitra dalam Sustainable Island Initiative,” ujar Kofod. (ki)