Anak Usaha PT Telkom Perkuat Infrastruktur Ekosistem Digital

Oleh sukri

Selasa, 28 Desember 2021

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), dan PT Alita Praya Mitra (Alita) berkolaborasi memperkuat infrastruktur ekosistem digital di Tanah Air.

Kedua perusahaan bekerjasama untuk memperluas cakupan layanan serat optik dengan menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) pembangunan dan penyewaaan 6.000 kilometer jaringan serat optik secara nasional.

“Pembangunan jaringan serat optik sepanjang 6.000 kilometer di lima provinsi akan mendukung fiberisasi sekitar 1.500 tower. Hal ini selaras dengan rencana dan program perseroan dalam mendukung implementasi teknologi 5G di Indonesia dan digital ecosystem diantaranya IoT, small cell dan edge computing,” kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko di Jakarta, Selasa (28/12).

Sementara itu, Direktur Utama PT Alita Praya Mitra Teguh Prasetya mengatakan, perjanjian kerja sama tersebut merupakan satu bentuk sinergi antara kedua perusahaan untuk meningkatkan penetrasi fiberisasi di Indonesia.

“Layanan serat optik ini akan mendukung dan meningkatkan kualitas serta kuantitas implementasi internet baik mobile broadband melalui BTS 4G dan 5G, maupun fixed broadband FTTx,” ujar Teguh.

Lingkup kerja sama berupa pembangunan dan pemasaran terhadap 6.000 kilometer jaringan serat optik khususnya di wilayah Sulawesi, Sumatera dan Jawa yang akan dibangun serta dioperasikan oleh Mitratel dan dikerjasamakan bersama Alita.

Adanya kerja sama itu diharapkan memperkuat jaringan serat optik untuk mendukung fiberisasi gelaran 5G secara lebih masif dan penguatan 4G yang dilakukan operator seluler guna meningkatkan kualitas layanan mobile broadband hingga mencapai kecepatan di atas 1 Gbps di sisi penggunanya.

Merujuk informasi yang disampaikan di prospektus Mitratel, sejumlah 11.851 tower Mitratel (51 persen) telah tersambung dengan jaringan serat optik, artinya dengan adanya pembangunan 6.000 kilometer tambahan jaringan baru ini akan semakin mempercepat pemenuhan kebutuhan para operator telekomunikasi untuk mengimplementasikan 5G di Indonesia.

Sedangkan Alita saat ini telah memiliki lebih dari 8.000 kilometer jaringan serat optik di berbagai wilayah di tanah air dan mendukung operator seluler dalam melakukan gelaran 5G di beberapa kota di Indonesia.

Adapun layanan serat optik yang diberikan Alita merupakan solusi menyeluruh melingkupi dan tidak terbatas pada penyediaan layanan fiber access network (FTTx), manage service, active network, smart pole, dan site access termination. (sr)

 

Ekspor Bahan Mentah Tambang akan Dihentikan secara Bertahap

Selasa, 28 Desember 2021

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah produk pertambangan secara bertahap mulai dari bahan mentah bauksit pada 2022.

“Saya kira keuntungan kita menyetop ekspor bahan mentah nikel itu manfaatnya bisa lari ke mana-mana. Oleh sebab itu, nanti tahun depan akan kita lanjutkan untuk stop ekspor bahan mentah bauksit dan selanjutnya tembaga, selanjutnya emas, selanjutnya timah,” kata Presiden Jokowi di pabrik smelter nikel, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12).

Adapun, larangan ekspor bahan mentah bijih nikel sudah diberlakukan pemerintah sejak Januari 2020.

Presiden mengatakan saat ini upaya hilirisasi terus berjalan dan akan memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi Indonesia. Dengan hilirisasi industri, masyarakat akan mendapat lapangan pekerjaan, dan negara akan memperoleh peningkatan penerimaan pajak, serta devisa.

“Seperti di sini, 27 ribu tenaga kerja yang bisa direkrut oleh perusahaan. Belum income (pendapatan) untuk negara, pajak. Belum terciptanya lapangan-lapangan usaha baru di kanan-kiri. Ini yang mengirim misalnya nickel ore (bijih nikel) ini dari perusahaan-perusahaan di dalam negeri,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) Wisma Bharuna yang mendirikan pabrik smelter nikel di Konawe, mengatakan saat ini di Indonesia sudah muncul beragam produk turunan dari baja tahan karat (stainless steel), yang akan digunakan untuk memproduksi panci, sendok, dan sebagainya.

Stainless steel merupakan produk hasil pengolahan dari bijih nikel.

Wisma berharap dengan adanya hilirisasi, semua produk bisa didapatkan di dalam negeri, dan akan terjadi alih teknologi, sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi rakyat.

“Segala macam itu harus dari sini semua sehingga sudah tidak lagi ke luar negeri, semuanya dipakai untuk kita, barangnya barang kita, kemudian nanti untuk menyejahterakan semuanya. Nanti ada alih teknologinya, metalurginya, anak-anak lebih pintar, semua lapangan pekerjaan ya semua Indonesia kaya, semua ada di sini,” ujarnya.

Dalam peresmian pabrik smelter nikel di Konawe, Presiden juga melihat langsung proses pengolahan nikel, termasuk area penumpukan bahan mentah bijih nikel (nickel ore stockpile). (sr)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment