Penanganan pascapanen Cabai perlu Fokus untuk Atasi Lonjakan Harga

Oleh sukri

Jumat, 10 Juni 2022

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Pertanian perlu fokus dalam penanganan pascapanen dalam produksi cabai dalam rangka mengatasi kenaikan harga cabai yang melonjak.

“Saya minta Kementan mempelopori agar penyusutan dari produksi cabai dapat diminimalisir melalui manajemen pascapanen yang baik, kita semua paham bahwa komoditas cabai ini tidak tahan lama maka perlu teknologi pascapanen seperti resi gudang atau cold storage dan lain-lain agar lebih tahan lama,” kata Anggota Komisi IV DPR, Johan Rosihan di Jakarta, Jumat (10/6).

Menurut dia, Kementan perlu mengoptimalkan penanganan pascapanen sebab saat ini kehilangan hasil dari produksi cabai masih sangat tinggi hingga harganya sering melonjak.

Ia mencontohkan, rata-rata harga cabai rawit merah adalah Rp 84.823 per kg atau melonjak sekitar 241,47% dibanding bulan lalu.“Kenaikan harga ini sangat meresahkan konsumen karena belanja dapur merupakan kebutuhan pokok setiap rumah tangga,” katanya.

Untuk itu, politisi PKS ini mendorong Kementan dapat memberikan insentif khusus kepada petani yang menanam cabai agar produksinya stabil serta membuat terobosan.

Ia menekankan bahwa kestabilan produksi dan kelancaran distribusi cabai menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas harga di pasaran.

Johan juga minta Kementan dapat proaktif membantu petani mengatasi serangan penyakit pada tanaman cabai serta meningkatkan luas tanam dan mengatasi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

“Saya berharap Kementan mengantisipasi gagal panen yang sering dihadapi petani sehingga mereka berpikir ulang untuk menanam cabai, pemerintah harus hadir membantu petani agar ada gairah untuk produksi cabai sehingga dampaknya harga akan lebih stabil,” tutur Johan.

Sebelumnya, pengamat pangan dan Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah menyatakan, negara-negara G20 perlu menyadari bahwa berbagai dampak peristiwa saat ini menyadarkan pentingnya aspek ketahanan pangan.

“Harusnya momentum pandemi dan ditambah lagi adanya perang Rusia Ukraina harusnya menjadikan kita sadar sesadar-sadarnya. Situasi itu telah dengan nyata mempengaruhi derajat ketahanan pangan tiap negara,” kata Said Abdullah.

Dalam konteks Indonesia, menurut dia, jangan lagi bergantung kepada pasar pangan global ketika negara-negara lain berlomba memperkuat diri sendiri. (sr)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment