Jumat, 24 Juni 2022
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Kementerian Keuangan melaporkan, kinerja APBN hingga bulan Mei masih mencatatkan surplus, namun transmisi risiko global ke belanja dan pembiayaan perlu diantisipasi dengan upaya optimalisasi yang terus dilakukan. Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Mei 2022 mencapai Rp938,2 triliun (34,6 persen dari pagu APBN 2022). Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp653,9 triliun serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp284,3 triliun.
Kinerja belanja Kementerian/Lembaga (K/L) bulan Mei 2022 mencapai Rp319,2 triliun, antara lain dimanfaatkan untuk belanja pegawai, kegiatan operasional K/L, pengadaan peralatan/ mesin, jalan, jaringan, irigasi, serta penyaluran berbagai bansos ke masyarakat. Selanjutnya, belanja non-K/L tercapai sebesar Rp334,7 triliun. Melalui belanja non-K/L, APBN hadir untuk masyarakat dengan memberikan kompensasi BBM sebesar Rp18,1 triliun, subsidi (berupa 5,6 juta KL BBM; 2,5 juta MT LPG 3 kg; 38,4 juta pelanggan listrik bersubsidi; 3,5 juta ton pupuk; dan 46 ribu unit subsidi perumahan), dan program kartu prakerja bagi 1,1 juta orang peserta.
Alokasi PC-PEN tahun 2022terdiri dari penanganan kesehatan sebesar Rp122,54 triliun, perlindungan masyarakat sebesar Rp154,76 triliun, dan penguatan pemulihan ekonomi sebesar Rp178,32 triliun. Realisasi PC-PEN hingga 17 Juni 2022 mencapai Rp113,5 triliun (24,9 persen dari alokasi), meliputi: a) Kesehatan Rp27,6 triliun; b) Perlinmas Rp57,0 triliun; dan c) Penguatan Pemulihan Ekonomi Rp28,8 triliun.
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan 31 Mei 2022 mencapai Rp284,3 triliun atau 36,9 persen dari pagu APBN 2022. Utamanya didukung kepatuhan daerah dalam menyampaikan syarat salur yang lebih baik dan penyaluran dana BOS regular TA 2022 tahap I.
Pembiayaan investasi terus didorong untuk meningkatkan nilai aset dan manfaat. Pencairan alokasi Pembiayaan Investasi dilakukan berdasarkan analisis kinerja dan urgensi agar dicairkan sesuai dengan kebutuhan penerima investasi dan disertai dengan Key Performance Indicator (KPI) yang terkait dengan investasi untuk meningkatkan akuntabilitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Sampai dengan 20 Juni 2022, realisasi pembiayaan investasi mencapai Rp18 triliun, terdiri dari pencairan di antaranya kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan BLU Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Pendapatan Negara Melanjutkan Kinerja yang Baik
Hingga akhir Mei 2022, realisasi Pendapatan Negara tercatat mencapai Rp1.070,4 triliun atau 58,0 persen terhadap target pada APBN 2022. Kinerja pendapatan negara tumbuh 47,3 persen, dan diperkirakan masih akan tumbuh baik didorong mulai pulihnya aktivitas ekonomi. Secara nominal, realisasi komponen pendapatan yang bersumber dari perpajakan mencapai Rp846,1 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp224,1 triliun.
Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak realisasinya hingga akhir Mei 2022 tercatat sebesar Rp705,82 triliun atau telah mencapai 55,80 persen terhadap target pada APBN 2022. Realisasi penerimaan pajak tersebut tumbuh 53,58 persen secara yoy. Secara nominal, capaian penerimaan pajak terutama berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas dan Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM), dimana masing-masing kontribusinya terhadap total penerimaan pajak sebesar 59,32 persen dan 35,11 persen. Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik tak lepas dari tren peningkatan harga komoditas serta membaiknya perekonomian domestik dan global. Selain itu, kinerja penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh penurunan restitusi, implementasi program Pengungkapan Pajak Sukarela (PPS) serta kenaikan tarif PPN.
Realisasi penerimaan komponen perpajakan dari Kepabeanan dan Cukai capaiannya hingga akhir Mei 2022 sebesar Rp140,3 triliun atau telah mencapai 57,3 persen terhadap target pada APBN 2022. Kinerja penerimaan tersebut tumbuh 41,3 persen (yoy), didorong kinerja positif seluruh komponen. Kinerja Bea Masuk mencatatkan pertumbuhan 32,5 persen, didorong kontribusi sektor perdagangan dan pengolahan sebagai dampak membaiknya ekonomi nasional. Selanjutnya, kinerja bea keluar tumbuh 54,5 persen didorong tingginya harga sekaligus meningkatnya volume ekspor tembaga. Selain itu, bea keluar CPO tumbuh didukung tarif bea keluar maksimal serta pengenaan bea keluar pada produk turunannya. Sementara cukai tumbuh 41,1 persen dipengaruhi efektivitas kebijakan Cukai dan pengawasan, serta membaiknya sektor perhotelan dan pariwisata akibat relaksasi PPKM.
Realisasi PNBP sampai dengan akhir Mei 2022 mencapai Rp224,1 triliun (66,8 persen dari pagu APBN 2022), didukung peningkatan semua komponen PNBP kecuali BLU. PNBP SDA Migas tumbuh 98,1 persen didorong kenaikan ICP, PNBP SDA Non-migas tumbuh 105,3 persenn didukung kenaikan harga minerba, pendapatan kekayaan negara dipisahkan tumbuh 64,7 persen akibat adanya kenaikan setoran dividen BUMN terutama dari Himbara, PNBP lainya tumbuh 15,5 persen antara lain disebabkan oleh penjualan hasil tambang, pendapatan denda dan kompensasi DMO batu bara, serta peningkatan layanan pada K/L. Di sisi lain, pendapatan BLU terkontraksi 23 persen akibat berkurangnya pendapatan dari Lembaga Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan peralihan beberapa perguruan tinggi negeri BLU menjadi PTN badan hukum.
Pembiayaan APBN Responsif
Di tahun 2022, target defisit dianggarkan sebesar 4,85 persen dari PDB, lebih rendah dari target defisit tahun 2020 dan 2021. Sampai dengan akhir Mei 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp90,97 triliun atau 9,3 persen pagu APBN 2022, terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp75,26 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp15,71 triliun. Sementara realisasi pembelian BI melalui SKB I tahun 2022 sebesar Rp32,241 triliun, terdiri dari SUN SKB I Rp17,160 triliun dan SBSN SKB I sebesar Rp15,081 triliun.
“Realisasi APBN sampai akhir Mei 2022 mencatat surplus 0,74 persen terhadap PDB, sehingga di akhir tahun defisit APBN 2022 diharapkan dapat menurun signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah juga terus mengupayakan kesehatan APBN agar semakin pulih,” jelas Rahayu Puspasari Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Kementerian Keuangan.
Pada akhir Mei 2022, Pemerintah telah menerbitkan Global Sukuk sebesar USD 3,25 miliar dengan Green Sukuk terbesar secara global. Keberhasilan penerbitan SBN Valas dilanjutkan pada awal Juni 2022, melalui penerbitan Samurai Bonds sebesar JPY 81 miliar. Pemerintah tetap mengutamakan penerbitan SBN domestik, antara lain melalui penerbitan SBN Ritel sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik. Meski dengan target yang tinggi, penerbitan SBR011 mengalami oversubscribe hingga 2,78 kali dari target awal sebesar Rp5 triliun dan memperoleh Rp13,91 triliun dari 46.673 investor.
Meski masih diliputi ketidakpastian, pemulihan ekonomi di tahun 2022 diperkirakan akan terus berlanjut.Pemulihan ekonomi domestik hingga bulan Mei 2022 terjadi cukup kuat dan merata. Kenaikan komoditas global memberi tambahan pendapatan dan menciptakan kesehatan APBN 2022 yang semakin kuat. Konsumsi masyarakat, investasi dan ekspor tumbuh cukup kuat dan menjadi motor pemulihan ekonomi, sehingga konsolidasi APBN dapat terwujud dan berfungsi sebagai shock absorber, dan menjaga perekonomian dari tekanan ekonomi global yang masih volatile.
“Situasi yang baik masih bisa kita jaga, walaupun kondisi global sangat-sangat dinamis bahkan cenderung volatile. Kita akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi kita yang juga dipengaruhi oleh global, dan juga dari sisi komposisi pertumbuhan ekonomi. Dan terakhir, kita harap APBN kita juga semakin kuat dan sehat, untuk kita bisa menjaga perekonomian kita ke depan,” pungkas Menkeu Sri Mulyani. (rud)