Industri Makanan Tetap Tumbuh di Tengah Ancaman Resesi

Oleh sukri

Selasa, 29 November 2022

Kementerian Perindustrian optimistis bahwa industri makanan dan minuman tetap tumbuh antara 5%-7% di tengah ancaman resesi yang datang pada 2023.

“Kami optimistis dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman di atas 5 persen, karena kami melihat beberapa jenis itu pertumbuhannya ada yang sampai dua digit,” kata Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin Emil Satria di Karawang, Jawa Barat, Senin (28/11).

Menurut dia, salah satu jenis industri makanan yang mengalami pertumbuhan hingga 10 persen yakni industri pengalengan ikan. Hal tersebut menjadi salah satu pendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman bakal positif di tengah isu resesi ekonomi global.

Emil menyampaikan hal itu saat mendampingi Sekretaris Jenderal Kemenperin Dody Widodo meresmikan perluasan pabrik PT Heinz ABC Indonesia di Karawang.

Pada kesempatan tersebut, Dody menyampaikan Indonesia dinilai berhasil menjadi salah satu negara yang mampu mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 hingga level 1. Ekonomi Indonesia, termasuk sektor industri telah mulai pada tahap pemulihan.

“Hal ini ditunjukkan dengan kinerja industri pengolahan nonmigas yang berangsur pulih dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88% di triwulan III-2022 dan Purchasing Manager’s Index (PMI) IHS Markit selama tahun 2022 menunjukkan terjadi ekspansi (> level 50) di mana pada Bulan Oktober 2022 PMI manufaktur Indonesia mencapai 51,8,” kata Dody.

Pada periode Januari – September 2022, ekspor industri makanan dan minuman mencapai US$ 35,99 miliar (termasuk minyak kelapa sawit), mengalami peningkatan neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar US$ 12,76 miliar.

Di sisi lain, industri makanan dan minuman mampu menarik investasi sebesar Rp 41,37 triliun sampai dengan triwulan II Tahun 2022, dan secara keseluruhan menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 5,5 juta orang.

Sektor industri cooking aid seperti kecap, sambal, saus tomat dan bumbu masakan merupakan salah satu sektor yang yang memiliki neraca perdagangan positif.

Pada Januari-September 2022, ekspor cooking aid Indonesia mencapai US$ 175,8 juta, sementara impor produk sejenis senilai US$ 90,5 juta.

Produk unggulan ekspor cooking aid Indonesia didominasi oleh bumbu masak dan kecap, sementara untuk produk saus dan olahannya masih cukup besar nilai impornya. Saat ini Indonesia masih berada di posisi ke-15 untuk negara eksportir cooking aid di dunia.

“Dengan kekayaan bahan baku rempah dan keragaman bumbu masak Indonesia, ini tentu menjadi potensi untuk terus ditingkatkan ekspornya,” ujar Dody.

Untuk itu, pemerintah terus mendorong peningkatan ekspor produk industri makanan dan minuman Indonesia. (sr)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment