Mobil Hybrid Layak Dapat Insentif Lantaran Bisa Kurangi Emisi 50%

Oleh ulfi

Kamis, 10 Agustus 2023

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Mobil listrik dengan tenaga hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV) layak diberikan insentif lantaran mampu mengurangi emisi karbon hingga 49%, berdasarkan perhitungan emisi dari tangki bensin ke knalpot. Pengurangan emisi dua mobil hybrid setara dengan satu mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) yang mencapai 100%.

Pengamat otomotif LPEM Universitas Indonesia Riyanto mengatakan, menjual satu BEV lebih sulit ketimbang dua HEV. Oleh sebab itu, penjualan HEV perlu didorong, lantaran emisi dua mobil jenis ini sama seperti satu BEV.

“Saat ini BEV mendapatkan insentif bebas Bea Balik Nama (BBN) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Saya kira ini bisa dipertimbangkan juga ke hybrid, karena bisa mengurangi emisi sampai 50%. Jadi, mobil hybrid layak mendapatkan tambahan insentif,” kata Riyanto saat diskusi bertajuk Otomotif, Ujung Tombak Dekarbonisasi Indonesia yang digelar Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, kemarin.

Riyanto mengatakan, mobil hybrid pas digunakan di era transisi menuju netralitas karbon pada 2060. Alasannya, harga BEV yang saat ini mahal, berkisar Rp 600-700 jutaan, membuat pasarnya masih tipis.

“Memang ada BEV di bawah Rp 300 juta. Akan tetapi, mobil ini bukan untuk pembeli pertama, melainkan pembeli kedua dan ketiga. Artinya, dengan bujet Rp 200-300 juta, besar kemungkinan mereka lebih memilih mobil konvensional dengan teknologi internal combustion engine (ICE) berkapasitas tujuh penumpang,” kata Riyanto menuturkan.

Dia menilai, harga HEV tujuh dan lima penumpang kini lebih mendekati ICE. Dengan demikian, hybrid bisa diandalkan untuk mengurangi emisi di era transisi.

Dia memprediksi, total penjualan mobil elektrifikasi (xEV) yang berupa HEV, PHEV, dan BEV bisa mencapai 182 ribu unit atau setara 14,8% pasar dengan berbagai macam insentif fiskal pemerintah. Dari jumlah itu, porsi terbesar adalah HEV sebanyak 104 ribu unit, plug-in hybrid (PHEV) 327 unit, sedangkan BEV hanya 77 ribu unit.

Kemudian, penjualan mobil elekrifikasi mencapai 591 ribu unit, terdiri atas HEV 387 ribu unit, BEV 202 ribu unit, dengan porsi pasar 31,8%. “Artinya, jumlah itu masih jauh di bawah target pemerintah,” kata Riyanto menegaskan.

Kunci Penurunan Emisi

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, sektor transportasi adalah kunci untuk menurunkan emisi di Indonesia. Itu sebabnya, sektor ini dituntut untuk menyediakan teknologi pengurangan emisi yang cocok di Indonesia.

“Prinsipnya, Gaikindo mendukung semua pilihan teknologi untuk menurunkan emisi. Soal mana yang lebih disukai, itu diserahkan ke konsumen,” kata Kukuh.

Selain menyediakan pilihan powertrain ramah lingkungan, Kukuh menegaskan, industri otomotif siap meningkatkan pemanfaatan energi bersih, seperti B30 yang dinaikkan menjadi B35 pada Februari 2023. “Bahkan, industri otomotif Indonesia siap menggunakan bahan bakar bensin dengan campuran etanol 5%-10%,” kata Kukuh menegaskan. (au)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment