Jumat, 18 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan
sepanjang 2019 hanya tumbuh 10% hingga 11% atau rentang bawah target Bank Sentral
sebesar 10%-12%.
“Sasaran memang masih 10% hingga 12%, tapi tampaknya akan di bias bawah,
karena jika 12% itu sulit,” kata Direktur Departemen Kebijakan
Makroprudensial Bank Indonesia Retno Ponco Widarti usai diskusi mengenai
pembiayaan perumahan untuk milenial di Jakarta, Kamis (17/10).
Permintaan kredit yang masih lemah dan juga perlambatan perekonomian global
yang membuat perbankan hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan menjadi beberapa
penyebab proyeksi perlambatan kredit pada tahun ini.
Jika perkiraan BI pada akhir tahun itu tepat, maka pertumbuhan intermediasi
perbankan pada tahun ini akan mengalami penurunan dibanding pertumbuhan pada
2018 yang sebesar 12,1%.
Retno mengatakan kemungkinan sebagian besar segmen kredit juga mengalami
perlambatan. Namun, ada beberapa sektor penyaluran kredit yang berpotensi
tumbuh di atas industri seperti kredit konsumsi yakni kredit pemilikan rumah
(KPR).
Otoritas Moneter, ujar Retno, sudah memproyeksikan tren perlambatan pertumbuhan
kredit ini sejak pertengahan tahun. Maka itu, BI sudah cukup agresif
melonggarkan kebijakan makroprudensial untuk memasok suplai likuiditas ekonomi
dan juga melonggarkan kebijakan suku bunga acuan untuk menaikkan permintaan
kredit.
Total, BI sudah memangkas suku bunga acuan sebesar 0,75% untuk periode Juli hingga September 2019.
“Total pertumbuhan kredit memang bisa lebih rendah dari tahun lalu, untuk
kredit properti juga sama akan lebih turun dari tahun lalu. Maka itu kami sudah
mulai dari bulan Juli untuk pelonggaran moneter dan makroprudensial,” ujar
dia.
Saat ini dan ke depannya pada sisa tahun, ujar Retno, BI terus menahan
perlambatan pertumbuhan kredit dan ekonomi lebih dalam. Dampak perlambatan
perekonomian global tak disangka begitu besar. BI, ujar dia, antara lain
menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk
“mengobati” kebijakan perbankan dan dunia usaha yang ketat dan
cenderung berhati-hati karena dampak dari perlambatan ekonomi global.
“Sekarang sisa tahun tinggal tiga bulan lagi. Pengaruh global ternyata
sangat signifikan. Koreksi ke bawah terus. Itu sebabnya, kita mengetahui
trennya melemah. Supaya tidak terlalu melemah, BI mengambil kebijakan countercyclical,”
ujar dia.
Sementara untuk dana pihak ketiga (DPK), BI masih mempertahankan proyeksi
pertumbuhan di 7% hingga 9%.
Adapun berdasarkan survei perbankan yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) pada
kuartal III 2019, terlihat pesimisme bankir yang memproyeksikan pertumbuhan
kredit sepanjang 2019 hanya akan sebesar 9,7% secara tahunan (year on year/yoy)
atau jauh lebih lambat dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2018 yang
sebesar 12,1%.
Survei triwulanan itu menggunakan sampel secara purposif terhadap 40 bank umum
yang menguasai pangsa pasar kredit sekitar 80% dari total kredit.
Sedangkan, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit oleh
perbankan hingga Agustus 2019 memang masih di satu digit, yakni 8,59% (yoy).
(ki)