Kamis, 25 Maret 2021
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Kualitas menjadi modal utama agar ikan hasil tangkapan nelayan mudah terserap pasar dengan harga tinggi. Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meminta nelayan dan pelaku usaha perikanan menjaga kualitas ikan tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen.
Hal ini disampaikan Menteri Trenggono saat berbincang dengan nelayan tuna di Pelabuhan Perikanan Teluk Awang, Lombok Tengah, Rabu (24/3/2021). Sambil berbincang, Menteri Trenggono mengamati ikan hasil tangkapan para nelayan yang dikemas dalam boks.
“Ini ikannya, kualitasnya harus diperhatikan. Harus dijaga juga kebersihannya,” imbau Menteri Trenggono kepada nelayan.
Ada sekitar enam nelayan yang ada di kapal berukuran 10 GT yang dikunjungi Menteri Trenggono. Mereka berhasil menangkap sekitar 2 ton baby tuna selama hampir seminggu melaut. Proses penangkapan dengan cara memancing, dimana per ekor baby tuna bisa mencapai berat 18 kilogram.
Ikan-ikan tuna tersebut didinginkan menggunakan es batu. Melihat itu, Menteri Trenggono meminta Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk memberi bantuan pendingin (cold storage) kepada nelayan. Dia juga meminta kapal-kapal bantuan KKP kedepannya harus dilengkapi dengan alat pendingin.
“Pendingin ini penting sekali untuk menjaga kualitas ikan. Kita bantu ya, Pak Bu (Dirjen) melengkapi kebutuhan nelayan ini,” ujar Menteri Trenggono kepada Plt. Dirjen Perikanan Tangkap Muhammad Zaini dan Dirjen PDSPKP Artati Widiarti yang ikut serta dalam kunjungan kerja Menteri Trenggono di Lombok.
Menjaga kualitas dan higienis produk perikanan, kata Menteri Trenggono, sangat penting khususnya di masa pandemi Covid-19. Ini demi menjaga kesehatan konsumen yang mengonsumsi, juga memudahkan ekspor produk perikanan ke luar negeri. Sebab saat ini banyak negara yang memberlakukan syarat ketat untuk produk pangan yang diimpor.
Sementara itu, salah satu nelayan di Teluk Awang Lalu Julihadi menyampaikan keluhannya terkait penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan oleh sebagian nelayan di perairan NTB. Dia meminta pemerintah bertindaktegas terhadap nelayan-nelayan pengguna pukat harimau.
“Kami berharap alat tangkap pelingkar (semacam pukat harimau) ditertibkan. Alat tangkap ini membuat nelayan pemancing seperti kami kesulitan mencari ikan di perairan sejauh 60 mil. Akhirnya kami pun nekat ke tengah lagi, lebih jauh,” ungkapnya.
Di banyak kesempatan Menteri Trenggono mengajak nelayan untuk meninggalkan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Penggunaan alat tangkap ini tidak hanya mengancam keberlanjutan ekosistem perairan, tapi juga mengganggu pendapatan nelayan kecil pengguna kapal di bawah 10 GT.
Dalam kunjungan kerja di Lombok Tengah dan Lombok Timur, Menteri Trenggono didampingi sejumlah pejabat eselon I dan II KKP. Gubernur NTB dan perwakilan kepala daerah tingkat kabupaten juga turut mendampingi. (dya)