Indonesia Butuh 92 Gigawatt untuk Manfaatkan 100% Energi Terbarukan

Oleh sukri

Senin, 5 April 2021

Jakarta, MINDCOMMONLINE.Com-Hasil riset yang dikemukakan perusahaan teknologi dan sektor energi asal Finlandia, Wartsila Energy menyatakan Indonesia memerlukan lebih dari 92 gigawatt daya fleksibel untuk mencapai pemanfaatan 100% energi terbarukan yang hemat biaya.

“92,6 gigawatt (GW) aset fleksibel diperlukan agar sistem energi Indonesia dapat berjalan menggunakan 100 persen energi terbarukan dengan biaya yang rendah,” kata Director Australasia Wartsila Energy, Kari Punnonen, Minggu (4/4).

Menurut dia, pihaknya telah menyoroti pertumbuhan kebutuhan yang signifikan dalam meningkatkan fleksibilitas daya di Indonesia, dalam bentuk penyimpanan energi dan teknologi gas fleksibel, untuk memungkinkan masa depan terwujud dengan 100% energi terbarukan.

Kapasitas yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan peralihan Indonesia ke jaringan listrik yang diberdayakan oleh energi terbarukan harus berasal dari dua teknologi utama, yaitu sistem penyimpanan energi berkapasitas lebih dari 82 GW, serta tenaga gas fleksibel berkapasitas lebih dari 10 GW yang mampu beroperasi dengan bahan bakar nabati (BBN) dan bahan bakar masa depan.

“Laporan iklim PBB di bulan lalu (Maret) memberikan pesan yang jelas bagi Indonesia, untuk dekarbonisasi dengan biaya yang rendah, tingkat energi terbarukan yang tinggi harus ditingkatkan per 2030,” kata Kari Punnonen.

Dengan memberikan porsi yang besar terhadap energi terbarukan dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk memproduksi bahan bakar masa depan yang netral karbon yang menghilangkan karbon dari semua sektor yang menggunakan energi secara intensif, dari tenaga listrik hingga mobilitas.

Sebagaimana diwartakan, Indonesia membutuhkan investasi sebanyak US$ 167 miliar untuk pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan membangun 56 GW tambahan pembangkit energi hijau.

“Kita membutuhkan total investasi sektor EBT sekitar US$ 167 miliar untuk mencapai target penurunan emisi di tahun 2030, dengan membangun 56 GW tambahan pembangkit EBT,” kata Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam di Jakarta, Jumat (5/3).

Tahun 2021, ujar dia, pemerintah menargetkan investasi pada sektor energi hijau senilai US$ 2,05 miliar, lebih tinggi dibandingkan capaian investasi pada 2020 yang berjumlah US$ 1,36 miliar.

Berdasarkan kajian Bappenas, ada enam jenis EBT yang tersedia dan telah dikembangkan secara komersil di Indonesia, yakni surya, angin, panas bumi, dan bioenergi. Selain itu, ada energi potensial yang belum dikembangkan seperti gelombang air laut dan hidrogen.

“Total potensi EBT untuk pembangkitan listrik yang ada di Indonesia diperkirakan berada di angka 419 GW. Dari total potensi tersebut, hampir setengahnya adalah potensi dari energi surya sebesar 207 GW disusul dengan air 75 GW, dan angin 60 GW,” kata Medrilzam.

Indonesia memiliki dua target besar yaitu target bauran energi hijau sebesar 23% pada 2025 melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan target penurunan emisi sebesar 29% dari baseline di pada 2030 sesuai Paris Agreement.

“Bauran energi saat ini berada di angka 11,5% dari target sebesar 23%. Sebagai upaya mencapai target tersebut, dilakukan banyak dorongan kepada pengembangan EBT, baik dalam bentuk peraturan, stimulus, maupun insentif,” kata Medrilzam. (ki)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment