Senin, 28 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong agar
berbagai usaha mikro kecil menengah (UMKM) perikanan dapat memasarkan produknya
secara online atau daring sebagai upaya untuk memperluas pemasaran termasuk
menggapai pasar ekspor.
“Ada segmen pasar yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan melalui pasar
online, tinggal bagaimana mengemas dan membuat produk produk yang menarik
dengan sasaran generasi millenial,” kata Sekretaris Ditjen Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Berny A Subki, akhir pekan.
KKP juga telah melaksanakan sejumlah lokakarya terhadap pelaku UMKM perikanan
seperti yang dilakukan terhadap 50 UMKM perikanan di wilayah Kabupaten Cirebon,
baru-baru ini.
Ia mengemukakan, saat ini telah berkembang pesat start up (perusahaan rintisan)
yang memberikan kemudahan akses semua pihak yang salah satunya pelaku UMKM
produk perikanan untuk memasarkan produknya melalui online.
Namun, sejumlah kendala yang dihadapi UMKM antara lain kurangnya kualitas
produk yang dipasarkan, kemasan dan penyajian foto produk yang kurang menarik
serta kurangnya inovasi produk.
Sebagaimana diwartakan, praktisi dan Direktur Eksekutif Indonesia Services
Dialogue (ISD) Devi Ariyani menyatakan bahwa sebanyak 8 juta pekerjaan yang ada
di Indonesia dilakukan secara dalam jaringan (daring).
“Saat ini di Indonesia, secara kasar diperkirakan terdapat sekitar 8 juta
pekerjaan yang dilakukan secara online,” kata Devi Ariyani.
Menurut Devi, pekerjaan tersebut pada dasarnya terbagi atas tiga tipe
pekerjaan, yaitu pengemudi online, freelancer online, dan agen fintech
(financial technology).
Sebelumnya, berbagai platform e-commerce atau perdagangan daring yang
beroperasi di Nusantara perlu lebih berinovasi dalam memperhatikan dan
mengembangkan kinerja UMKM yang terdapat di berbagai daerah.
“UMKM ini berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia,”
kata Pendiri dan CEO Troli (platform belanja daring) Roni Irawan, dalam acara
peluncuran Troli di Jakarta, Jumat (27/9).
Menurut Roni, selama ini upaya pemberdayaan UMKM hanya sebatas teori karena
kinerja usaha kecil kerap kalah bersaing dengan berbagai usaha pedagang besar.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia termasuk dari lima besar negara yang memiliki
jumlah startup atau usaha rintisan terbanyak dengan sekitar 2.100 startup.
Selain itu, ujar dia, usaha kecil itu ternyata menyumbang hingga 93,4% PDB perekonomian
Indonesia, sedangkan usaha menengah 5,1% dan usaha besar hanya sekitar 1,5%.
(sr)