Kamis, 31 Oktober 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Perindustrian menilai upaya penyelamatan
industri tekstil dan produk tekstil atau TPT perlu didukung oleh industri
sektor permesinan dalam negeri.
“Jadi yang lebih berperan itu sebetulnya sektor industri permesinan, kita
ini kurang dibantu oleh industri permesinan dalam negeri dan masih terus banyak
mengandalkan mesin-mesin tekstil dari luar negeri atau impor,” ujar
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Muhammad
Khayam di Jakarta, Rabu (30/10).
Menurut
dia, sampai sekarang industri permesinan dalam negeri masih belum mendukung,
termasuk industri permesinan yang unggul.
Kemenperin ingin nantinya mendorong industri-industri mesin di dalam negeri
untuk harus terus hadir, dengan bukan mengimpor mesin dari luar negeri
melainkan membuat permesinan secara domestik.
Dengan
demikian industri-industri sektor lain seperti industri tekstil dan produk
tekstil bisa memesan mesin sesuai kebutuhannya kepada industri permesinan dalam
negeri.
“Peranan industri permesinan domestik sangat berdampak besar terhadap
industri tekstil dan produk tekstil, jadi kalau ada mesin yang dibuat di dalam
negeri maka otomatis biaya produksi dan sebagainya akan lebih murah,” kata
Muhammad Khayam.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Institute for Development of Economics and
Finance (Indef), kinerja industri tekstil dan produk tekstil nasional rata-rata
pertumbuhan selama 10 tahun terakhir mencatat kenaikan ekspor tiga persen namun
di sisi lain impor juga mengalami kenaikan 10,4%. Sedangkan neraca
perdagangannya terus tergerus dari US$ 6,08 miliar menjadi US$ 3,2 miliar.
Salah satu alasan mengapa industri tekstil dan produk tekstil mengalami
kemunduran signifikan, karena mesin-mesin industri tekstil sudah tua.
Selain itu alasan-alasan lainnya, antara lain serbuan impor produk tekstil ke
Indonesia, harga produk tekstil Indonesia tidak kompetitif dibandingkan produk
impor, pertumbuhan impor kain yang tidak diimbangi ekspor garmen telah
merusak industri kain, benang dan serat, serta pertumbuhan konsumsi domestik
diambil impor. (ki)