Kamis, 13 Januari 2022
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan, ke depan, perdagangan dunia akan menghadapi berbagai tantangan. Untuk itu, kolaborasi antarnegara menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perdagangan di masa depan. Hal ini disampaikan Mendag Lutfi saatmemberikan sambutan pada acara Standard Chartered’s Global Research Briefing H1 2022yang digelar secara virtual pada Rabu (12/1).“Inilah waktunya untuk berkolaborasi antarnegara dan bangsa. Diharapkan kita dapat menciptakan perdagangan yang adil dan perdagangan yang menguntungkan untuk setiap orang,” ujar Mendag Lutfi.
Mendag mengungkapkan, pada 2022 dunia menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut yakni perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Terkait logistik, jika penyumbatan di berbagai pelabuhan di dunia tidak diselesaikan, perdagangan akan sulit untuk menopang pada 2022. Sementara untuk krisis energi, jika harganya masih tinggi, seperti saat ini, dikhawatirkan dapat memberikan ancaman dalam ekonomi.
“Ketiga permasalahan ini akan Indonesia bawa keG20 dan juga sistem perdagangan multilateral. Diharapkan kita dapat mengatasi ketiga permasalahan tersebut dan dapat terus melanjutkan perdagangan.Sehingga perdagangan dapat menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk seluruh dunia, karena kita tidak dapat melakukannya sendiri,”ungkap Mendag.
Dalam paparannya, Mendag menyampaikan 2021 merupakan tahun pemecahan rekor bagi perdagangan Indonesia. Pada periode Januari—November 2021, ekspor Indonesia mencapai USD 209,16 miliar atau naik 42,62 persen dibanding periode yang sama 2020.
“Pada periode ini, Indonesia juga mengalami surplus USD 34,32 miliar. Tahun ini, pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Jika kondisi ini konsisten, surplus Indonesia pada 2021 berkisar USD 36—37 miliar. Ini jumlah tertinggi, lebih tinggi dari 2011,”kataMendag.Dikatakannya, ekspor nonmigasterbesar Indonesia berasal dari batubara, diikuti minyak kelapa sawit(CPO), serta produk besi dan baja. Khusus untuk besi dan baja, pada periode Januari—November 2021 tercatat sebesar USD 18,62 miliar tumbuh mencapai 92,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.