Rabu, 27 November 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesia Congress and Convention
Association/Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (INCCA/AKKINDO) menyarankan
agar Menparekraf Wishnutama fokus memajukan MICE di Indonesia.
Ketua Umum DPP INCCA Iqbal Alan Abdullah di Jakarta, Rabu (27/11), mengatakan
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, MICE telah diatur
sebagai bagian dari kepariwisataan dan menjadi salah satu usaha jasa pariwisata
yaitu “penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran”.
“Itu merupakan terjemahan langsung dari Meeting, Incentive, Conference,
Exhibition (MICE), sehingga berbeda pengertiannya dengan ‘event’,” kata
Iqbal.
Ia memandang potensi MICE sangat besar dimana saat ini ada puluhan ribu
organisasi internasional yang ada di dunia termasuk beberapa di bawah
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) selain asosiasi-asosiasi bisnis, profesi,
keahlian, dan lainnya.
Organisasi ini kata dia menyelenggarakan pertemuan-pertemuan secara rutin dalam
setiap waktunya.
Untuk itulah kemudian potensi wisata MICE sangat besar khususnya bagi Indonesia
yang memiliki daya dukung pengembangan wisata segmen tersebut.
“Dalam konteks inilah kita perlu seseorang yang bisa memahami organisasi-organisasi
ini dan melakukan terobosan untuk mendorong agar Indonesia jadi tuan rumah
kegiatan pertemuan dari organisasi-organisasi dunia yang strategis. Ini bukan
pekerjaan satu orang, tapi memang harus bersama-sama, termasuk dengan diplomat
kita di luar negeri, maupun para organiser atau planner,” ucapnya.
Pihaknya kemudian menyambut baik rencana pembentukan deputi yang menangani
khusus soal MICE di struktur organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparekraf).
“Membentuk Deputi MICE merupakan langkah awal yang sangat baik untuk
membangkitkan kembali MICE Indonesia. Kami tentu menunggu realisasinya segera,”
kata Iqbal.
Menurut dia, keberadaan deputi MICE sangat penting bukan hanya dalam konteks
pengembangan destinasi MICE tapi juga untuk membawa lebih banyak kegiatan MICE
internasional ke Indonesia.
Itu sebabnya, Iqbal berharap agar sosok yang dipilih menduduki posisi deputi
MICE ini punya kemampuan diplomasi internasional.
“Kami mengusulkan figur yang nantinya akan menduduki jabatan deputi MICE ini
adalah figur yang mempunyai kemampuan diplomasi tingkat internasional, dan
memiliki pengalaman dalam berhubungan dengan organisasi multilateral (IGO’s),
NGO, asosiasi internasional, dan lainnya,” ujar dia.
Iqbal juga mengingatkan, UU Kepariwisataan di Indonesia tidak mengenal kata
‘event’, sehingga penamaan deputi memang sebaiknya mengikuti UU yaitu Deputi
MICE tanpa embel-embel lain di belakangnya seperti kata ‘event’ dan lainnya
karena terminologi itu tidak ada dalam UU.
Iqbal Alan Abdullah juga menyebut dengan posisi MICE seperti itu, maka cara
pandang pemasaran MICE pun harus berubah.
Ia mencontohkan beberapa kota dunia yang menjadi markas besar organisasi
internasional seperti Swiss (Geneve), Austria (Vienna), Inggris (London),
Italia (Roma), Jerman, (Berlin, Bonn), AS (New York, Washington DC) dan
beberapa kota di Asia seperti Jepang, Beijing, Singapura.
“Ingat juga bahwa kota-kota ini merupakan kota-kota lahirnya
perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di seluruh dunia, jadi pasar IGO’s
atau pertemuan internasional antar- pemerintahan bisa dapat sekaligus juga
kegiatan meeting maupun perjalanan insentif terkait bisnis dari perusahaan
multinasional,” katanya
Menurut dia, dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja sama semua stakeholder
maka kota-kota di Indonesia bukan tidak mungkin akan lebih banyak masuk ke
daftar 20 besar dunia atau bahkan 10 besar negara penyelenggara kegiatan
pertemuan internasional terbesar di dunia. (ki)