Hingga 22 November, 654.566 Korban Meninggal Akibat Bencana, Kerugian Rp 22,8 Triliun

Oleh rudya

Kamis, 28 November 2019

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Tahun 2018 menjadi masa terkelam bagi Indonesia karena menjadi negara nomor 1 dengan angka kematian tertinggi akibat bencana. Data bencana sampai dengan 22 November 2019 mencatat 654.566 korban meninggal dan hilang akibat bencana. Selain itu kerugian akibat bencana mencapai lebih dari sekitar 22,8 T.

Bencana tidak hanya menyisakan duka dan airmata. Bencana juga mengancam dan memberikan dampak pada berbagai sektor. Lembaga usaha merupakan salah satu sektor yang tidak luput dari dampak bencana. Banyak Lembaga usaha yang mengalami kebangkrutan dan tidak mampu membangun kembali bisnisnya akibat bencana.

Terkait hal itu, untuk meningkatkan kapasitas Lembaga usaha dalam menghadapi bencana dan membangun bisnis yang berkelanjutan, Forum Lembaga Usaha PB Indonesia (ForluPBI) menggandeng Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan seminar terkait dengan Business Contunity Management (BCM) dengan mengusung tema “Sustainable Business during Disruption” yang dihelat di Gedung Plaza Sinarmas, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (27/11).

Dalam seminar tersebut, Ketua ForLuPB Indonesia, Urip Widodo menyatakan bahwa kegiatan ini selaras dengan Visi dan Misi dari ForLuPBI, yaitu bagaimana membangun ketangguhan bangsa melalui sinergi dan kolaborasi dari lembaga usaha dan peningkatan kapasitas Lembaga Usaha.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan mengungkapkan rasa senang dan bangga sudah terbentuk Forum Lembaga Usaha tingkat nasional dan mengapresiasi inisiatif ini. Lilik berharap Lembaga Usaha dapat membantu pemerintah dengan menyelamatkan unit bisnisnya dan juga  menjadi mitra pemerintah dengan ikut berkontribusi menyelamatkan masyarakat secara luas. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan adalah karyawan-karyawan perusahaan dapat berpartisipasi dengan menjadi “JuRRagan” dalam kegiatan Keluarga Tangguh Bencana (KATANA).

Selaras dengan hal tersebut, Ahli BCM dari Bank Sinarmas, Veronica juga menyampaikan bahwa BCM menjadi penting tidak hanya bagi Lembaga usaha tapi juga bagi organisasi/Lembaga lainnya. Keuntungan dari memiliki dokumen BCM adalah rasa tenang. Itulah mengapa Veronica menghimbau untuk perusahaan memiliki BCM.

Lebih lanjut Veronica menjelaskan bahwa Bisnis merupakan bagian dari people, process, place dan technology. Bagi Bisnis karyawan merupakan aset yang harus dijaga karena sangat penting bagi keberlanjutan usaha. Dengan menerapkan BCM perusahaan memiliki rencana apabila terjadi disruption.

Dilaporkan laman BNPB, Dokumen BCM ini terbagi menjadi 2 yaitu Emergency Response Planning dan Procedure Planning. Veronica membagikan tips yang penting dalam membangun bisnis berkelanjutan yaitu perlunya saling kolaborasi dan koordinasi saat bencana terjadi antar unit bisnis.

Di samping itu, hal yang lain yang juga penting adalah bagaimana perusahaan dapat mengidentifikasi ancaman risiko yang berada di lokasi perusahannya. Juga mengidentifikasi bagian bisnis yang bersifat kritis dan memastikan waktu pemulihannya serta menentukan lokasi aternatif jika terjadi bencana.

Seminar tersebut dihadiri oleh berbagai Lembaga Usaha seperti Bank Mandiri, Garuda Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur, BNI, Sinarmas, PT Pegadaian, PT Jasa Marga, KADIN, Akademisi, perwakilan Kementerian/Lembaga dan komunitas lainnya. (dya)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment