Sumsel Bebas Asap, Jarak Pandang 10 Km dan ISPU Dibawah 50

Oleh rudya

Senin, 2 Desember 2019

Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan, Iriansyah menyampaikan penutupan Satuan Tugas Gabungan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) setelah kondisi udara dan wilayah Sumatera Selatan dinyatakan sudah bebas asap. Hal itu disampaikan Iriansyah dalam penutupan dan ramah tamah Posko Satgas Karhutla Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 di Hotel Santika Primere, Palembang, Ahad (1/12).

“Selain itu, jarak pandang sudah lebih dari 10 Km, dan ISPU dibawah 50,” ucap Iriansyah, dikutip laman BNPB.

Dalam penutupan tersebut, Tim Satgas juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).  Selanjutnya kekurangan dalam operasional lapangan, akan menjadi bahan evaluasi kedepannya untuk satgas.

Kepala BNPB Doni Monardo mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelamatkan “Bumi Sriwijaya” dari kebakaran hutan dan lahan, karena bencana alam adalah urusan bersama. Menurut orang nomor satu di BNPB itu, ada dua cara mengatasi Karhutla, yang pertama mengubah perilaku seperti peningkatan ekonomi masyarakat dan himbauan dari pemuka agama/pemuka masyarakat.  Kedua, jangan biarkan lahan gambut kering namun tetap basah, kembalikan hakekat gambut yakni basah, berair dan rawa.

“Lebih baik negara membayar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, daripada untuk membiayai pemadaman api,” tegasnya.

Mantan Komandan Jenderal Kopassus juga berpesan selanjutnya tidak boleh lagi ada kebakaran hutan dan lahan atau bertambah luas hutan dan lahan yang terbakar.

“Caranya, adanya sosialisasi kepada masyarakat, lalu hidup bersama mereka dan membuka lapangan kerja,” tambahnya.

Dansatgas yang juga Danrem 044/Gapo Garuda Dempo, Kolonel Arh Sonny Septiono menjelaskan selama pemadaman Karhutla, tercatat ada 11.310 petugas gabungan yang ikut terlibat. Selain itu juga tercatat untuk hotspot tertinggi di Sumatera Selatan adalah pada tahun 2015 dengan 27.043 hotspot. Pada tahun 2018 sejumlah 2.081 hotspot dan 2019 sejumlah 17.015 hotspot.

Selama penanggulangan, pihaknya mengklaim sudah menghabiskan 106.194.000 liter air untuk pemadaman api dan 115,5 ton penaburan garam TMC untuk hujan buatan. Di sisi lain, sebanyak 46 orang yang diduga terlibat dalam praktik pembakaran lahan telah ditangkap.

Sejauh ini sebanyak 312 desa yang terdampak karhutla telah diberi sosialisasi, giat patroli, pemadaman darat dan udara, sekat, pembasahan, sumur bor, tim PPRC, melaksanakan Gakkum, doa dan Sholat Istisqo, TMC serta penguatan media.

“Pelaksanaan giat operasi Satgas Gabungan Karhutla wilayah Sumatera Selatan dapat berjalan dengan aman dan terkendali. Permasalahan serta kendala di lapangan dapat diselesaikan melalui koordinasi yang intensif antara instansi terkait” ucap Danstagas.

Penutupan Satgas Gabungan secara resmi dilakukan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Tahapan yang sudah dilakukan adalah mulai dari pencegahan, pengendalian dan pemadaman. Atas jerih payah dan kinerja tim di lapangan, Gubernur Sumatera Selatan menymapaikan rasa terima kasih sekaligus memberi penghargaan kepada semua pihak, yang sudah peduli dengan kondisi alam di Sumatera Selatan.

“Atas nama masyarakat Sumatera Selatan kami mengucapkan terima kasih atas perhatian BNPB. Kami akan menjaga alam dan meningkatkan kesiapsiagaan agar tidak terbakar lagi di masa mendatang,” harapnya. (ray)

Silakan baca juga

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, BNPB Tambah Dukungan Dana Siap Pakai

Jalan Tol Binjai – Langsa Seksi Kuala Bingai – Tanjung Pura Segera Beroperasi

Kementerian PUPR Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia dalam Pengembangan Smart City di IKN

Leave a Comment