Jumat, 6 Desember 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Dekan Institut Bank Pembangunan Asia (ADB) Prof Naoyuki
Yoshino mendorong Indonesia membangun teknologi sendiri untuk industri tertentu
agar keluar dari jebakan middle
income trap atau negara
berpendapatan menengah.
“Jika Indonesia tidak bisa membangun teknologi sendiri, akan tetap berada
dalam jebakan negara berpenghasilan menengah,” katanya dalam Forum
Internasional Tahunan Kebijakan Publik dan Pembangunan Ekonomi (AIFED) ke-9 di
Nusa Dua, Bali, Kamis (5/12).
Ia memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa bertumbuh 0,5% melalui adopsi
teknologi baru. Industri yang berpotensi besar menyumbang adopsi teknologi baru
di antaranya mesin dan kendaraan bermotor.
Saat ini, lanjut dia, teknologi yang ada di Indonesia untuk sektor industri
tersebut masih diadopsi atau menjadi milik negara lain. Investor, kata dia, akan
tetap bertahan ketika iklim investasi berjalan kondusif.
“Ketika tenaga kerja atau biaya produksi lebih murah di negara lain,
perusahaan akan pindah ke sana dan membawa serta teknologinya,” imbuhnya.
Ia menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia masih tertinggal dari
negara lain, di antaranya pengeluaran untuk riset dan pengembangan (RnD) yang
masih rendah dari sektor swasta. Sebagian besar atau 80% RnD, kata dia, masih dilakukan pemerintah dan
universitas.
Di sektor manufaktur, lanjut Yoshino, hanya beberapa perusahaan besar yang
masih terbatas fokus dalam inovasi.
Selain itu, ia menyebut masih adanya hambatan dalam tenaga kerja, biaya
investasi yang substansial, kurangnya insentif untuk mendorong inovasi dan
kurangnya pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam kesempatan yang
sama mengungkapkan bahwa salah satu faktor agar Indonesia keluar dari jebakan
negara berpenghasilan menengah adalah kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia akan dioptimalkan oleh pemerintahan
kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun kualitas SDM.
Sedangkan terkait teknologi, Suahasil mengatakan Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) menyiapkan insentif pajak di antaranya super deduction tax hingga
300% bagi investor yang melakukan riset sekaligus produksinya (RnD) di
Indonesia. Dengan insentif fiskal itu, Indonesia diharapkan mendapatkan alih
teknologi. (ki)