Senin, 17 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV
2019 tercatat US$ 404,3 miliar, terdiri dari utang sektor publik (pemerintah
dan bank sentral) US$ 202,9 miliar dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) US$
201,4 miliar.
ULN Indonesia tersebut tumbuh sebesar 7,7% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan ULN pada triwulan sebelumnya sebesar 10,4% (yoy).
“Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN
pemerintah dan ULN swasta,” kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI)
dalam info terbarunya di Jakarta, Senin (17/2).
Posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar US$ 199,9
miliar atau tumbuh 9,1% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya sebesar 10,3% (yoy).
Pertumbuhan ULN pemerintah tersebut ditopang oleh arus masuk investasi
nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan dual
currency global bonds dalam mata uang dolar AS dan euro.
“Hal tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek
perekonomian domestik yang tinggi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang
tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun,”
sebut Dekom BI.
Pengelolaan ULN pemerintah, katanya, diprioritaskan untuk membiayai
pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang
mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19,1% dari total ULN pemerintah),
sektor konstruksi (16,6% ), sektor jasa pendidikan (16,2%), sektor administrasi
pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib (15,4%), serta sektor jasa keuangan
dan asuransi (13,3%).
Info terbaru Dekom BI juga menjelaskan tren perlambatan ULN swasta berlanjut
dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan IV 2019
tercatat sebesar 6,5%(yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya sebesar 10,8% (yoy).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN Lembaga Keuangan dari 6,8% (yoy) menjadi 2,9% (yoy) serta perlambatan ULN Perusahaan Bukan
Lembaga Keuangan (PBLK) dari 12,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy).
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi,
sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri
pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian. “Pangsa ULN di keempat
sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9%,” katanya.
Menurut Dekom BI, struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) pada triwulan IV 2019 sebesar 36,1%, relatif stabil
dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya.
Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang
dengan pangsa 88,3% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, katanya, BI dan pemerintah terus
meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan
penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan,
dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,
katanya. (ki)