Selasa, 18 Februari 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat akan mengganti
sejumlah komoditas kebutuhan pokok yang biasanya didatangkan dari China menjadi
produk yang dihasilkan dari provinsi atau wilayah lain di Indonesia.
“Yang selama ini banyak bergantung ke China, kita geser mencari impor
regional yang selama ini belum maksimal. Daripada impor keluar, lebih baik
impor ke Sulawesi, Jatim dan Sumatera,” kata Gubernur Jabar M Ridwan Kamil
atau Kang Emil di Bandung, Selasa (18/2).
Dengan upaya tersebut, kata dia, diharapkan Jabar menjadi tangguh terhadap
guncangan-guncangan ekonomi dunia dan krisis kesehatan dengan menguatkan
ekonomi regional.
Orang nomor satu di Jabar ini, Senin (17/2) menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) di
Kantor Bapenda Provinsi Jabar, Kota Bandung dan salah satunya membahas terkait
evaluasi ekonomi makro Jabar 2019 oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)
Provinsi Jabar.
KPwBI Provinsi Jabar memaparkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 2019 menurun
dari 5,66% di 2018 menjadi 5,07% di 2019
(year on year).
Meski begitu, angka tersebut masih lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi
nasional yakni 5,02% di 2019.
“Jadi Jabar sedang dihitung, antisipasi, secara umum (ekonomi) menurun,
ditambah (diperparah) COVID-19, dampaknya seperti apa. Setelah dipaparkan, kami
bergerak cepat,” kata dia.
“Intinya arahan saya dalam rapim ini, dalam satu minggu harus ada rencana
aksi mengantisipasi ekonomi turun dengan aksi konkret,” tambahnya.
Sementara menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi Jabar, pada 2019 terjadi pertumbuhan positif sektor perdagangan dari
0,65 (2018) menjadi 1,15.
Bappeda menilai, sektor perdagangan bisa menjadi peluang sumber pertumbuhan
ekonomi baru di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia ini.
Baik KPwBI maupun Bappeda Provinsi Jabar menilai bahwa salah satu penyebab
turunnya LPE Jabar di 2019 adalah pengaruh ketidakpastian ekonomi global dampak
perang dagang Amerika Serikat-China.
Selain itu, meski LPE Jabar turun di 2019 (yoy), Kang Emil menegaskan bahwa tiga
indeks di Jabar menorehkan catatan positif, yakni angka kemiskinan turun dari
7,25% di 2018 menjadi 6,82% pada 2019, daya
beli naik dari 10,79% (2018) menjadi 11,15% (2019), serta gap gini rasio yang
turun.
“(Gap gini ratio turun) dari 0,4 sekian menjadi 0,39. Jadi poinnya,
walaupun pertumbuhan terdampak global ini turun, tetapi fundamental-fundamental
ekonomi performa Jabar bagus,” tutur Kang Emil.”Warga miskinnya
turun, daya belinya naik, gap (gini ratio) juga mengecil,” katanya. (ki)