Selasa, 18 Februari 2020
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat
impor daerah ini– yang dominasi komoditas sayuran dan buah-buahan– dari negara China turun 16,44%, menyusul merebaknya wabah virus corona yang disusul dengan penghentian impor bahan makanan dari China.
Kepala
BPS Jatim, Dadang Hardiwan, Senin (17/2), mengatakan turunnya impor dari Tiongkok
mendorong turunnya total impor Jatim selama Januari 2020, dengan total
penurunan 1,08 persen, yakni dari US$ 2,05 pada Desember 2019, menjadi US$ 2,02 pada Januari 2020.
“Turunnya impor ini terjadi baik migas maupun nonmigas dan terbanyak dari
China, yakni sebesar 16,44%, dari US$ 595,89 juta pada Desember 2019 menjadi US$
497,93 juta pada Januari 2020,”
katanya.
Dadang mengakui, selama ini impor dari China adalah bahan pangan, khususnya
buah dan sayuran, dan pada Januari 2020 tercatat turun drastis, dengan catatan
komoditas buah US$ 133,44 juta , sayuran US$ 67,88 juta , serta gula dan kembang
gula US$ 33,60 juta .
Secara umum, kata Dadang, impor migas dan nonmigas Jawa Timur pada Januari 2020
mengalami penurunan dengan ditunjukkan oleh kinerja impor sektor nonmigas yang
turun, meskipun impor sektor migas justru mengalami kenaikan.
Selain impor, kata Dadang, ekspor Indonesia ke China juga turun pada Januari
2020, yakni mencapai US$ 211,50 juta dari Desember 2019 sebesar US$ 267,93, atau
turun 21,06%.
“Jika dilihat menurut negara tujuan utama ekspor nonmigas, negara tujuan
utama ekspor Jawa Timur pada bulan Januari 2020 adalah Jepang, disusul ke
Amerika Serikat dan Tiongkok,” katanya.
BPS mencatat, ekspor nonmigas Jawa Timur ke Jepang mencapai US$ 275,79 juta ,
sedangkan ekspor ke AS dan Tiongkok berturut-turut mencapai US$ 220,12 juta dan US$ 211,51 juta.
“Singapura menjadi negara utama dengan peranan sebesar 9,02% dari total ekspor nonmigas Jawa Timur, diikuti
Malaysia dengan peranan sebesar 4,21% dan Vietnam dengan peranan sebesar 3,03%,”
katanya.
“Ekspor nonmigas bulan Januari 2020 ke Singapura sebesar US$ 159,20 juta,
Sementara itu ekspor nonmigas ke kelompok negara Uni Eropa menyumbang 7,67%
terhadap total nilai ekspor Jawa Timur,” lanjutnya.
Dominasi ekspor ke Uni Eropa adalah ke Belanda sebesar US$ 36,75 juta dan diikuti ekspor ke Jerman sebesar US$ 22,40
juta.
“Secara umum, nilai neraca perdagangan Jawa Timur selama Januari 2020
mengalami defisit sebesar US$ 226,61 juta. Sektor nonmigas mengalami surplus
sebesar US$ 222,77 juta, dan migas mengalami defisit US$ 449,38 juta,”
katanya. (sr)