Selasa, 10 Maret 2020
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM- Para pekerja pariwisata di Pulau Dewata diminta tetap
bersikap kooperatif dan harus siap mental dalam menghadapi kondisi pariwisata
Bali yang melesu akibat wabah Virus Corona baru atau COVID-19.
“Kita harus berusaha tetap kooperatif, jangan bikin ribut. Kalau bikin
ribut, justru akan tambah masalah,” kata anggota DPD (Dewan Perwakilan
Daerah) RI Dapil Bali Made Mangku Pastika saat menerima aspirasi dari puluhan anggota
Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(SPSI) Bali, di Denpasar, Senin (9/3)
Pastika mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali
menyebutkan bahwa ada sekitar 447 ribu masyarakat Bali yang bekerja langsung di
sektor pariwisata.
“Bayangkan saja kalau ini harus berhenti sekitar 200 ribu saja karena
dampak ekonomi dari Virus Corona baru, tidak tahu apa yang akan terjadi,”
ucapnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini sangat berharap tidak sampai terjadi PHK
massal terhadap tenaga kerja pariwisata, meskipun dia menyadari kondisi
pariwisata Bali dihadapkan pada situasi yang sangat sulit karena telah terjadi
penurunan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan.
“Secara pribadi saya sudah ketemu dengan sebagian pemilik hotel yang
memiliki ratusan, bahkan ribuan kamar dan mereka menyatakan berkomitmen tidak
akan mem-PHK karyawannya. Mereka juga tidak ingin bisnisnya hancur,”
ucapnya.
Pemerintah, lanjut Pastika, juga dinilai sudah berusaha dengan sekuat tenaga
untuk melakukan pemulihan atas kondisi lesunya perekonomian Bali sebagai dampak
wabah COVID-19.
Dalam kesempatan itu, dia mengajak pekerja pariwisata Bali untuk membangun
citra positif bahwa Bali itu aman dikunjungi melalui berbagai akun media sosial
yang dimiliki.
Selain itu, Pastika juga mengusulkan supaya digelar berbagai festival untuk
membuktikan bahwa sesungguhnya Bali aman dikunjungi, seperti halnya yang
dilakukan komponen masyarakat Bali pasca-peristiwa Bom Bali 2002.
Dalam festival tersebut nantinya pihak hotel bisa berkontribusi menyumbang
makanan misalnya ataupun yang lainnya, dan pengunjung yang datang dapat
menikmati kuliner secara cuma-cuma.
Sementara itu, Putu Satyawira Marhaendra selaku Ketua Pengurus Daerah Federasi
Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
Bali mengatakan saat ini sudah ribuan pekerja pariwisata yang berstatus kontrak
ataupun pekerja harian lepas sudah dirumahkan dari pihak tempatnya bekerja.
Selain itu, sebagian pekerja juga telah diatur waktu kerjanya hanya beberapa
kali dalam seminggu. Bahkan ada salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kuta,
Kabupaten Badung, pekerjanya diminta bekerja hanya empat kali dalam sebulan.
Kemudian, ada pula hotel-hotel yang memberlakukan kebijakan agar yang berstatus
karyawan tetap mengambil semua jatah cutinya. “Rekan-rekan kami yang
berstatus kontrak, banyak yang menangis dengan kondisi seperti ini,” ucap
Satyawira.
Dia menyadari pariwisata Bali memang sedang menghadapi goncangan, namun
pihaknya sangat mengharapkan agar para pengusaha mengajak mereka berembuk untuk
mencari solusi bersama atas persoalan yang dihadapi.
“Tolong kami diajak rembuk sehingga kami tidak khawatir. Ketika kita
bahu-membahu, pasti nanti ada solusi karena tidak ada pekerja yang menginginkan
perusahaannya bangkrut. Kalau perusahaan bangkrut, sumber nafkah kami akan
hilang,” ujarnya. (ki)