Jumat, 9 Desember 2011
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengungkapkan, perekonomian Indonesia tahun 2011 diperkirakan tumbuh 6,5%, melampaui pencapaian 2010 sebesar 6,1%.
Sementara industri pengolahan diperkirakan dapat tumbuh 6,1%, tertinggi sejak 2004.
“Ekspansi pada industri pengolahan ini sangat membesarkan hati karena disertai penyerapan angkatan kerja di sektor formal. Tingkat pengangguran turun menjadi 6,6% pada Agustus 2011 dari 7,1% pada Agustus 2010,” dia menjelaskan dalam pidato pada forum Pertemuan Tahunan Perbankan 2011, Jumat (9/12).
Menyangkut inflasi, pada 2011 inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya 3,9%. Sementara inflasi inti yang dalam tiga tahun stabil di sekitar 4% menunjukkan bahwa perekonomian masih beroperasi di bawah pertumbuhan potensialnya.
“Saya melihat kecenderungan ini sebagai awal baik karena berarti mulai terjadi proses akumulasi kapital , yang dapat mendorong efektivitas ekspansi kapasitas produktif perekonomian,” katanya.
Reasesmen BI terkini, dia menambahkan, terhadap rigiditas sisi penawaran perekonomian menujukkan bahwa tingkat sensitivitas kenaikan harga (inflasi inti) terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi cenderung menurun dalam lima tahun terakhir.
Menurut Darmin, ketangguhan stabilitas sistem keuangan Indonesia teruji di tengah persistensi gejolak pasar keuangan global selama 2011. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia turun ke 1,68 pada Oktober 2011 dari 1,75 pada awal 2011, atau jauh lebih rendah dari periode krisis 2008 sebesar 2,43.
“Ini tidak terlepas dari kemampuan perbankan kita yang semakin baik dalam menyerap risiko instabilitas, dengan tetap dapat menjalankan fungsi intermediasinya,” ucap Darmin.
Pada kesempatan itu Darmin juga memuji keandalan perbankan dalam negeri. Sebab, disamping semakin tangguh menyerap risiko, industri perbankan dalam negeri juga mampu meraup keuntungan yang sangat besar, bahkan paling besar di antara negara ASEAN.
“Pada Oktober 2011, tingkat return on asset (ROA) industri perbankan mencapai 3,11%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang rata-rata hanya mencapai 1,14%,” paparnya.
Sementara itu, industri keuangan syariah Indonesia menduduki posisi ke-4 di dunia setelah Iran, Malaysia dan Arab Saudi.
“Ini capaian yang menggembirakan,” pujinya.
Pada September 2011, total aset perbankan syariah mencapai Rp 126,6 triliun, atau 3,8% dari total aset perbankan nasional, tumbuh 47,8% dan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) sebesar 16%, sedangkan rata-rata CAR BPR syariah sebesar 24,7%.
Di kelompok BPR, pada akhir 2011 aset tumbuh 20,56%, kredit 20,96%, dana pihak ketiga 21,31%, jumlah rekening simpanan tumbuh 9,72%, serta rasio CAR akhir Oktober 2011 mencapai 28,58%. (ra)