Rabu, 11 September 2019
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM-PT Bank Mandiri mengimbau kepada
Bank Indonesia agar kembali melonggarkan kebijakan moneter dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kecenderungan perlambatan dan
ketidakpastian ekonomi global.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan bahwa
sebenarnya BI bisa membuka ruang untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter
karena stabilitas ekonomi yang baik dan terjaganya angka inflasi serta nilai
tukar rupiah.
“Kami berharap kebijakan moneter ke depan akan lebih longgar untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya saat ditemui di Plaza Mandiri,
Jakarta, Senin (9/9).
Panji menuturkan Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan Seven Days
Repo Rate selama dua bulan berturut- turut yaitu Juli dan Agustus dengan
masing-masing sebesar 25 basis points menjadi 5,5%
Menurutnya, hal tersebut sangat berperan penting dan efektif untuk memperbaiki
dan menjaga stabilitas perekonomian di Indonesia akibat adanya berbagai gejolak
global terutama terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang
telah berdampak negatif terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan
harga-harga komoditas.
“Perang dagang akan berdampak negatif terhadap ekonomi global karena akan
menurunkan volume perdagangan dunia yang pada akhirnya bisa menekan pertumbuhan
ekonomi dunia,” katanya.
Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti pada
kuartal I tahun 2019 sebesar 5,07% dan kuartal II 5,05% masih relatif lebih
baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging markets lainnya.
Ia mencontohkan Turki pada kuartal I terkontraksi sebesar 2,4% dan kuartal II kembali mengalami hasil negatif
yaitu 1,5% (YoY). Selain itu, beberapa negara berkembang lain juga mencatatkan
pertumbuhan yang lebih rendah daripada Indonesia seperti Malaysia 4,9%,
Thailand 3,7%, Brazil 1,01%, dan Rusia 0,9%.
Selain itu, pihaknya juga memprediksikan nilai tukar rupiah hingga akhir 2019
akan tetap stabil meskipun terjadi tekanan ekonomi global yaitu berada di
sekitar level Rp 14.200 sampai Rp14.300 per dolar AS seiring adanya dukungan
dari aliran modal asing yang masuk ke pasar obligasi sebesar Rp 116 triliun dan
pasar saham Rp 59 triliun.
Panji melanjutkan bahwa inflasi pada 2019 diperkirakan sebesar 3,41% dan inflasi bulanan pada Agustus tercatat
sebesar 3,49% sehingga angka tersebut masuk dalam rentang target Bank Indonesia
yang sebesar 3,5±1 %.
Neraca perdagangan juga mulai menunjukkan perbaikan karena angka defisit pada
periode Januari sampai Juli 2019 berhasil diturunkan menjadi US$ 1,9 miliar.
Hal tersebut menurun dibandingkan pada periode yang sama tahun 2018 sebesar US$ 3,2 miliar. (ki)