Selasa, 17 September 2019
Jakarta,
MINDCOMMONLINE.COM-Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
mendukung inovasi dan pemanfaatan teknologi pembangunan terowongan untuk jalan
karena topografi Indonesia yang beragam mulai dari dataran rendah, perbukitan
hingga pegunungan.
Pembangunan terowongan jalan memiliki kelebihan dalam menjaga alam dan
lansekapnya, serta memangkas jarak tempuh, namun perlu dipertimbangkan dari
sisi biaya dan risiko konstruksi.
“Infrastruktur terowongan bukan merupakan teknologi baru di Indonesia.
Teknologi terowongan sudah diterapkan pada pembangunan bendungan berupa saluran
pengelak. Namun di bidang jalan memang agak terlambat. Untuk itu, kita dorong
agar lebih banyak terowongan dalam pembangunan jalan,” kata Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono , Selasa (17/9).
Terowongan yang sedang dibangun Kementerian PUPR saat ini berada di ruas Tol
Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dengan panjang 472 meter dan diameter 14
meter.
Pembangunannya menggunakan metode New Austrian Tunneling Methods (NATM).
Selain NATM, terdapat juga metode Tunneling Boring Machine (TBM) yang
digunakan dalam pembangunan jalur Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta.
Teknologi terowongan juga akan diterapkan pada ruas Tol Padang-Pekanbaru
sebanyak lima terowongan dengan total panjang 8,95 km yang menembus pegunungan
Bukit Barisan.
Selain di infrastruktur jalan, terowongan saat ini juga banyak digunakan dalam
pembangunan seperti Bendungan Kuwil, Way Sekampung, dan lainnya.
Selain itu, menurut Menteri Basuki, Kementerian PUPR bekerja sama dengan Pemerintah
Jepang tengah menyiapkan perencanaan pembangunan terowongan pada ruas Tol
Bengkulu-Muara Enim.
Pembangunan terowongan ini memiliki tantangan luar biasa karena menembus
kawasan Bukit Barisan yang merupakan kawasan rawan bencana gunung api dan
gerakan tanah, sehingga upaya mitigasi bencana pada tahap perencanaan menjadi
sangat penting.
Direktur Jenderal Bina Marga Sugiyartanto mengatakan, terowongan merupakan
inovasi konstruksi modern dan dapat menjadi alternatif pemanfaatan ruang bawah
tanah. “Pembangunan terowongan merupakan pemanfaatan ruang bawah tanah yang
efektif,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu proyek terowongan yang sukses yaitu pembangunan MRT
Jakarta yang menjadi contoh sukses karena dapat menekan kemacetan Jakarta.
“MRT ini menjadi solusi kemacetan di DKI Jakarta, MRT dibangun di pusat
kota yang padat dan diselesaikan dengan gangguan minimal pada wilayah sekitar.
Solusi yang sama bisa digunakan di kota besar,” katanya.
Kementerian PUPR telah membentuk Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
(KKJTJ) yang bertujuan meningkatkan ketertiban dalam penyelenggaraan dan
peningkatan keamanan serta untuk meningkatkan keandalan jembatan khusus dan
terowongan sehingga dapat mencegah atau mengurangi risiko kegagalan bangunan.
Tugas komisi ini mengkaji dan mengevaluasi keamanan jembatan mulai dari tahap
desain, pemanfaatan hingga tahap pemeliharaan. Anggota KKJTJ terdiri dari ahli
jembatan dan terowongan dari Kementerian PUPR, akademisi dan praktisi. (ki)